Bisnis.com, Jakarta - Bank Indonesia menilai pergerakan rupiah pada Jumat (4/11/2016) masih dalam kisaran wajar kendati ada sentimen dalam negeri berkaitan dengan aksi demonstrasi di Ibu Kota.
Deputi Gubernur Senior Mirza Adityaswara mengatakan Bank sentral terus memonitor rupiah dan terus menjaga sesuai dengan kondisi fundamentalnya. Dalam kurs tengah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), rupiah menguat Rp13.103 per dolar Amerika Serikat.
Level itu menguat dari hari sebelumnya (3/11/2016) yang mana rupiah berada pada level Rp13.050/dolar AS.
"[Rupiah] aman-aman saja, tidak ada yang mengkhawatirkan terkait kurs rupiah," katanya, di Jakarta, Jumat (4/11/2016).
Ekonom PT Bank Sentral Asia Tbk. David Sumual mengatakan penutupan rupiah pada Kamis (3/11/2016) lebih disebabkan oleh prediksi sejumlah analisis yang menyatakan aksi demonstrasi di Jakarta pada Jumat (4/11/2016) akan diwarnai kericuhan.
Menurut dia, pergerakan rupiah cenderung dipengaruhi oleh ekspektasi dari kenaikan suku bunga acuan The Fed pada akhir tahun ini. Seperti diketahui, bank sentral AS memilih untuk mempertahankan suku bunga acuannya pada awal November 2016.
Selain The Fed, pemilihan presiden di AS juga masih menghantui pasar keuangan global. Keunggulan tipis Donald Trump terhadap Hillary Clinton dikhawatirkan pasar akan mirip seperti British Exit.
"Kami khawatir mirip Brexit, pasar kira enggak jadi keluar tapi ternyata keluar. Ini juga sama khawatirnya tipis-tipis. Apalagi kan Trump anti pedagangan luar negeri, itu yan ditakutkan market," ucapnya.