Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Potensi Melimpah, Serapan Energi Panas Bumi di Jateng Rendah

Potensi bauran energi baru dan terbarukan (EBT) di Jawa Tengah saat ini baru terserap 4% atau 60 megawatt dari total potensi yang ada sebanyak 1.600 MW.
Pembangkit tenaga panas bumi/Ilustrasi
Pembangkit tenaga panas bumi/Ilustrasi

Bisnis.com, SEMARANG - Potensi bauran energi baru dan terbarukan (EBT) di Jawa Tengah saat ini baru terserap 4% atau 60 megawatt dari total potensi yang ada sebanyak 1.600 MW.

Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Jateng Teguh Dwi Paryono menyatakan sejumlah investor sebagian masih mengikuti proses lelang dalam proyek pengembangan EBT di wilayah berpenduduk 35 juta jiwa tersebut. Oleh karena itu, serapan energi panas bumi saat ini hanya 60 MW yang berada di Dieng Wonosobo.

Menurutnya, investor yang telah memenangkan lelang bakal menggarap di wilayah Ungaran, Telomoyo, Guci, Baturaden dan Lawu, yang sekarang memasuki tahapan eksplorasi.

Dari hasil kajian, katanya, energi panas bumi di daerah tersebut mampu menghasilkan kapasitas berbeda, antara lain Telomoyo 25 MW, di Ungaran 100 MW, Guci 75 MW, Baturaden 125 MW dan Gunung Lawu 125 MW.

“Serapannya masih rendah, karena sekarang masih ada yang proses lelang dan ada yang tahap eksplorasi. Presentasenya 4%-5%,” paparnya kepada Bisnis, Rabu (26/10/2016).

Teguh mengatakan sebagian investor yang telah menggarap energi panas bumi itu telah menjalin kerja sama dengan PT PLN (Persero). Hal itu mengingat kebutuhan pasokan energi di Jateng harus ditambah seiring bertambahnya industri baru yang masuk ke wilayah setempat. 

Pihaknya berharap pada 2020, eksplorasi energi panas bumi di wilayah Baturaden bisa mencapai 100 MW. “Dengan potensi yang ada, silakan digarap maksimal,” terangnya.

Kendati secara persentase belum begitu banyak proyek yang tergarap, Teguh berkeinginan target pengembangan EBT hingga fiskal tahun ini mencapai 9,38%.

Menurutnya, jika bauran energi berkembang pesat akan mensubstitusi energi fosil yang masih mendominasi. Di sisi lain, kebutuhan energi terus bertambah setiap tahun yang bisa diperoleh baik dari energi panas bumi, tenaga surya maupun fosil. “Energi fosil akan habis, ke depan harus memanfaatkan EBT,” ujarnya.

Data dari Kemterian ESDM, saat ini dari 57.000 MW produksi listrik baru 6% sampai 7% yang berasal dari EBT. Oleh sebab itu, pemerintah pusat mendorong lebih banyak sampai 20% karena potensinya cukup besar yaitu 350.000 MW.

Pemerintah berkeinginan pembangkit listrik EBT misalnya dari tenaga surya akan dikembangkan dengan skala besar sampai 5.000 MW sehingga akan menarik investasi asing dan menjadi jaminan keberadaannya akan terus dipelihara dibanding skala yang lebih kecil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Khamdi

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper