DIYORUM
Olsaydi,
Devler misali ellerimiz,
Devler misali kollarimiz,
Sarsaydik diyorum dunyayu,
Sarsaydik denizleri, gokleri,
Butun mevsimleri,
Butun cicekleri,
Ve butun guzellikleri
Diyorum yoksa da
Dev gibi ellerimiz, kollarimiz
Yine bizde sayilir
Butun bu guzellikler zira
Bir degil, bin dunya tasir bizim kalplerimiz
Bitmeyen baharlarla doludur
Gonul bahcelerimiz
Bisnis.com, JAKARTA - Tulisan di atas ‘dipahat’ di pilar kantor pusat Karadeniz Energy di Istanbul, Turki, yang sempat saya kunjungi. Letaknya dekat lift di lantai utama gedung itu sehingga menarik perhatian.
Di atas rentetan kalimat itu, dipajang foto lelaki ganteng berjas dalam bingkai. Rauf Osman Karadeniz, namanya. Dia hidup pada masa 1920—2006. Oh ya, Karadeniz dalam bahasa Indonesia berarti Laut Hitam.
Ya, tebakan Anda benar. Tulisan itu serupa puisi. Namun, jangan salah, Rauf Osman Karadeniz bukanlah penyair. Dia adalah pendiri salah satu perusahaan besar di Turki, Karadeniz Group.
Pada 1996, korporasi itu membentuk Karadeniz Energy yang bermain di sektor energi terutama pembangkit listrik di Negeri Eurasia itu. Karadeniz Energy melakukan lompatan besar pada 2009 dengan merancang apa yang mereka sebut armada energi mengambang pertama di dunia. Mereka menyebutnya dengan istilah Karpowership.
Selanjutnya, pada 2011, perkembangan teknologi, kebutuhan bahan bakar, dan pastinya hitung-hitungan bisnis mendorong Karadeniz Energy membangun kapal pembangkit dengan pilihan bahan bakar ganda yakni minyak dan gas alam.
Irem Sultan, begitu nama yang disematkan, menjadi kapal pembangkit pertama dengan dua pilihan bahan bakar itu. Setelah era itu, ‘adik-adik’ Irem Sultan pun berlayar ke berbagai belahan dunia termasuk Indonesia untuk mengirimkan setrum mereka.
Melalui Karpowership Indonesia, Karadeniz Energy menandatangani kerja sama penyewaan lima kapal pembangkit untuk jangka waktu lima tahun dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Perjanjian diteken pada November 2015.
Kelima kapal itu akan memasok 540 megawatt listrik yang dialiri ke beberapa wilayah di Indonesia. Sulawesi Utara dan sekitarnya, Sumatra Utara, Maluku, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur adalah kawasan yang dipilih.
Kapal untuk wilayah Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, dan Gorontalo sudah beroperasi di perairan Amurang, Manado, pada Januari 2016. Kapal itu diberi nama Zeynep Sultan berkapasitas 125 MW.
Menurut rencana, kapal pembangkit untuk wilayah NTB berangkat dari Istanbul akhir Oktober dan tiba di Lombok akhir November tahun ini. Pembangkit yang diberi nama Gokhan Bey (bey artinya tuan) itu memiliki kapasitas 110 MW.
Kemudian, kapal untuk wilayah Maluku akan diberangkatkan satu bulan kemudian sehingga diharapkan bisa beroperasi sebelum Natal 2016. Kapal dengan nama Yasin Bey itu juga berkapasitas 110 MW.
Wilayah Sumatra Utara baru akan didatangi kapal pembangkit bernama Orhan Ali Khan pada Februari 2017. Kapal berkapasitas 470 MW ditambatkan di perairan Belawan. Kapal terakhir untuk kawasan NTT, diberi nama Ibrahim Bey, akan dikirim ke Kupang setelah Orhan Ali Khan sampai di Medan.
Saya bersama dengan 17 wartawan lain dari berbagai wilayah di Indonesia berkesempatan mengunjungi langsung galangan kapal milik Karadeniz di dua tempat di Istanbul awal bulan ini. Kesibukan terlihat di dua shipyard itu. Yasin Bey sudah memasuki tahap penyelesaian akhir.
Pertanyaan yang banyak diajukan kepada manajemen Karadeniz adalah apa sih keunggulan kapal pembangkit listrik ini ketimbang pembangkit listrik yang dibangun di darat?
Harga adalah salah satu alasan yang utama. Begitu yang disampaikan Chief Executive Officer Karadeniz Holding, Orhan Remzi Karadeniz. Lelaki gagah ini adalah anak dari Rauf Osman Karadeniz yang menulis puisi di atas.
Orhan menjamin harga listrik mereka paling murah apabila dibandingkan dengan seluruh listrik yang dihasilkan oleh pembangkit disel—bukan batu bara—yang dibeli oleh PLN.
Dalam penjelasannya, Orhan, dan juga sang adik Zeynep Harezi, menyebut teknologi canggih dan bahan bakar di marine vessel power plant (MVPP) yang menyebabkan harga jual listrik mereka murah.
Teknologi yang digunakan adalah mesin produksi perusahaan asal Finlandia Wartsila. Bahan bakar yang dipakai adalah heavy fuel oil (HFO) yang jauh lebih murah dibandingkan dengan diesel.
Di pasar minyak, menurut Zeynep, harga HFO hanya sekitarUS$270 per ton sedangkan harga diesel di level US$600 per ton. Dipadukan dengan kecanggihan mesin Wartsila, kebutuhan bahan bakar untuk memproduksi 1 kwh hanya sekitar 250 gram.
“Dengan teknologi dan bahan bakar HFO, biaya produksi Karpowership sekitar 5,6 sen dolar AS sementara pembangkit diesel 15 sen dolar untuk setiap kwh,” kata perempuan anak dari Rauf Osman ini.
Selain soal teknis teknologi pembangkit, harga jual listrik Karpowership bisa lebih murah karena investasi yang dikeluarkan untuk membangun kapal pasti lebih kecil dibandingkan dengan membangun pembangkit di darat.
“Kami tidak perlu lahan. Keuntungan lainnya, pembangkit mengambang ini dipindah-pindah sesuai dengan kebutuhan,” ujar Orhan.
Zeynep juga bercerita bahwa Karadeniz tidak merakit kapal pembangkit ketika sudah ada order. Belum ada pesanan pun mereka berani membuat lebih dulu. “Kami yakin pasti ada yang pesan [kapal]. Jadi ketika ada yang pesan dan minta dalam waktu singkat harus dikirim, kami siap.”
Hmm, pasti Anda bertanya lalu apa hubungan kalimat puitis Rauf Osman dengan kapal pembangkit mengambang dan listrik murah Karadeniz?
Oke, saya akan tuliskan terjemahan bebas dari deretan kalimat Rauf Osman—mudah mudahan pengertiannya tidak terlalu jauh dari apa yang dimaksud oleh si ‘Laut Hitam’.
Kebetulan, salah satu di antara kami yang diundang ke Istanbul yakni Safrin dari Jakarta Post sempat mengenyam pendidikan S2 di Istanbul Bilgi Universitesi. Oh, saya juga pakai fasilitas terjemahan di google untuk melengkapinya.
Begini terjemahannya:
INI KEYAKINAN KU
(Seandainya) Jemari seperti jari-jari raksasa
Begitu juga dengan lengan
(Sepertinya) dunia bisa dalam genggaman
Menapaki lautan, mencapai langit
(Melewati) Semua musim
(Menikmati) Semua bunga-bunga
Tetapi, semuanya itu mustahil
Namun tangan, lengan kita, tetap bisa ‘luas dan panjang’
Semuanya tergantung kita
Jika untuk hal yang baik
Jangankan satu! Seribu dunia akan mampu terjangkau oleh Hati
Dunia yang diisi bunga-bunga mekar yang tak berkesudahan
Karena Hati adalah taman kita
Puisi Rauf Osman Karadeniz jelas telah mewujud di tangan anak-cucunya. Selain Orhan Remzi Karadeniz dan Zeynep, ada satu lagi yang bernama Orhan di Karadeniz Energy yakni Orhan Ali Khan yang adalah cucu Rauf Osman.
Tangan dan jangkauan Karadeniz sudah menjangkau dunia. Selain Indonesia, kapal pembangkit si Laut Hitam sudah dan siap berangkat, antara lain, ke Ghana, Irak, Lebanon, Mozambik untuk mengaliri listrik.