Bisnis.com, LONDON – Penyelenggaraan olimpiade ke-31 ternyata memberikan dampak signifikan pada kinerja industri perhotelan di Rio de Janeiro.
Dampak perhelatan pesta olah raga global itu pada industri perhotelan lokal bahkan melampaui dampak serupa pada Olimpiade 2012 di London dan Olimpiade 2008 di Beijing. Hal itu terungkap dari data lembaga riset perhotelan dunia yang barbasis di London, STR Global.
Selama Agustus 2016, tingkah hunian harian rata-rata atau average daily rate (ADR) hotel di Rio de Janeiro melonjak 199,2% dengan harga mencapai 1.250, 26 real Brazil.
Lonjakan tersebut, ditambah dengan peningkatan 26,6% okupansi menjadi 76,0%, menyebabkan peningkatan 278,6% pada nilai pendapatan per kamar yang tersedia atau revenue per available room (RevPAR) ke 949,84 real Brazil.
Pada perhelatan Olimpiade Beijing 2008, STR mencatat peningkatan RevPAR hanya mencapai 184,2% yang terutama didorong kenaikan ADR hingga 250,1% meskipun okupansi justru menurun 18,8%.
Di London pada 2012, pasar hunian bahkan relatif datar dengan peningkatan RevPAR meningkat 44,4% akibat peningkatan ADR.
Padahal, sebelum perhelatan olimpiade, Rio de Janeiro berjuang untuk mempertahankan tingkat hunian yang terpengaruh oleh sejumlah kondisi, yakni pertumbuhan pasokan yang cukup besar, ketakutan atas virus Zika dan isu-isu politik yang sedang berlangsung.
Pada kuartal II/2016, okupansi di Rio de Janeiro bahkan hanya sebear 47,0% atau tingkat hunian terendah sejak 2002.
Di sisi lain, peningkatan signifikan kinerja perhotelan di Rio de Janeiro pada periode itu tida terlepas dari rendahnya kinerja periode yang sama pada 2015.
Patricia Boo, Direktur STR untuk Amerika Tengah dan Selatan, menilai ke depan industri perhotelan di Rio masih dihadapkan pada tantangan kelebihan pasokan kamar.
“Tantangan nyata bagi Rio ada di depan sekarang bahwa ada 23% kelebihan kamar di pasar sejak tahun lalu,” kata Patricia dalam keterangan resmi yang diterima, Sabtu (15/10/2016).