Bisnis.com, JAKARTA--Bank Indonesia melaporkan hasil survei kegiatan dunia usaha pada kuartal III/2016 tidak setinggi kuartal sebelumnya.
Penurunan pertumbuhan tercermin dari dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT)-perkalian antara saldo bersih dan bobot masing-masing sektor ekonomi-sebesar 13,20%.
Presentase itu lebih rendah dibandingkan dengan kuartal II/2016 sebesar 18,40%. Kinerja sektor industri pengolahan pada kuartal III/2016 terindikasi tumbuh melambat dengan SBT sebesar 1,09% atau lebih rendah dari kuartal sebelumnya sebesar 3,41%.Â
Ekonom PT Bank Permata Tbk. Josua Pardede mengatakan penurunan dari sisi suplai itu menunjukkan adanya pelemahan daya beli masyarakat pada kuartal III/2016. Hal itu diperkuat dengan penurunan inflasi inti-di luar harga bergejolak dan harga diatur pemerintah-yang trennya masih menurun.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan inflasi inti 0,33% pada September 2016 atau menurun dari Agustus 2016 sebesar 0,36% merupakan indikasi masyarakat yang menekan konsumsi.
"Perlambatan dunia usaha juga terindikasi oleh penurunan kapasitas produksi, penurunan volume produksi serta kontraksi penggunaan tenaga kerja," ujarnya, di Jakarta, Senin (10/10/2016).
Menurutnya, pelemahan permintaan memperlihatkan bahwa ekonomi domestik pada kuartal III/2016 sedikit melambat. Hal itu juga dipengaruhi oleh kontribusi dari konsumsi pemerintah yang menurun seiring pemangkasan belanja pemerintah pusat sehingga mempengaruhi investasi swasta di sektor riil.
Secara keseluruhan tahun, dia memprediksi pertumbuhan ekonomi hanya mampu tumbuh pada kisaran 4,95%-5,05% (year on year).
"Meskipun tren suku bunga sudah turun, namun mengingat kapasitas produksi sektor riil ini menurun, sehingga permintaan kredit pun belum meningkat," katanya.