Bisnis.com, JAKARTA—Bank Indonesia melaporkan posisi cadangan devisa akhir September 2016 mengalami kenaikan US$2,2 miliar menjadi US$115,7 miliar dibandingkan bulan sebelumnya.
Peningkatan cadangan devisa dipengaruhi oleh penerimaan yang berasal dari pajak dan devisa migas, penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, dan hasil lelang Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI). Seluruhnya melamapui kebutuhan devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan SBB valas jatuh tempo.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan tren cadangan devisa semakin membaik seiring masuknya dana asing ke dalam negeri. Capital inflows sejak awal tahun telah banyak mengalir didukung suku bunga Amerika Serikat yang lebih mudah diprediksi membuat investor cenderung memilih negara berkembang untuk menanamkan modalnya.
“Pada saat capital inflow masuk, BI juga sekaligus memperkuat cadangan devisa. Peningkatan cadangan devisa sejak beberapa bulan ini, memang juga karena ada capital inflow yang masuk ke Indonesia sejak awal Januari,” ucapnya, di Jakarta, Jumat (7/10/2016).
Sebelumnya, bank sentral melaporkan dana asing yang masuk ke Indonesia di pasar modal telah mencapai Rp165 triliun (year to date).
Selain itu, Mirza meyakini tren cadangan devisa akan terus meningkat terutama repatriasi dana dari kebijakan tax amnesty periode satu yang berakhir pada 30 September 2016. Dana repatriasi yang tercatat mencapai Rp137 triliun itu masih bisa masuk ke dalam negeri hingga akhir tahun ini.
“Jadi capital inflow yang terkait tax amnesty masihh kita tunggu realisasinya. Kalau yang capital inflow di luar skema tax amnesty itu masih masuk. Memang tidak deras tapi masih terus masuk,” katanya.
Posisi cadangan devisa per akhir September 2016 diperhitungkan mampu membiayai 8,9 bulan impor atau 8,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.