Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kementerian LHK Dorong Perusahaan Bubur Kertas Genjot Serat Rayon

Pelaku usaha bubur kertas dan kertas yang memiliki konsesi hutan tanaman industri didorong untuk menggenjot hilirisasi produk yang bernilai tambah tinggi seperti serat rayon.
Serat rayon/
Serat rayon/

Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku usaha bubur kertas dan kertas yang memiliki konsesi hutan tanaman industri didorong untuk menggenjot hilirisasi produk yang bernilai tambah tinggi seperti serat rayon.

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sampai saat ini baru PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) yang mengajukan permohonan pendirian pabrik serat rayon. Nilai jual serat rayon sendiri tiga kali lipat dibandingkan bubur kertas.

Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari KLHK Ida Bagus Putera Parthama memaklumi bahwa setiap perusahaan memiliki strategi diversifikasi produk yang berbeda-beda. Namun, dengan semakin mengecilnya peluang ekstensifikasi lahan, dia menilai pebisnis harus mulai memikirkan produk-produk bernilai tambah tinggi guna meningkatkan pendapatan.

“Selain intensifikasi mereka bisa menghasilkan produk yang high end. Indonesia masih bisa menjadi raksasa serat rayon. Tapi sampai saat ini baru RAPP saja yang masuk,” katanya kepada Bisnis.com di Jakarta, hari ini, Rabu (14/9/2016).

Selain serat rayon, Putera menyebutkan produk kertas berharga tinggi pun masih bisa digenjot. Beberapa di antaranya adalah kertas untuk percetakan uang dan kertas mewah lainnya.

RAPP, lewat anak usahanya PT Sateri Viscose Internasional, berencana memproduksi serat rayon pada 2018 melalui pabrik berkapasitas 350.000 ton. Pabrik tersebut akan terintegrasi dengan pabrik kertas digital berkapasitas 250.000 ton yang total investasinya Rp15 triliun (Bisnis.com, 26/8/2016).

Saat ini kapasitas produksi rayon nasional mencapai 600.000 ton, tetapi bahan bakunya berupa benang stapel atau staple fiber yang masih diimpor dari India. Adapun kapasitas pabrik mencapai 350.000 ton rayon dengan kebutuhan dalam negeri mencapai 450.000 ton.

Benang stapel yang diimpor kebanyakan menggunakan serat panjang dari kayu ekaliptus, sementara pabrik rayon RAPP menggunakan kayu akasia dari konsesi HTI-nya di Pangkalan Kerinci, Riau. Nantinya, mayoritas serat rayon yang diproduksi perusahaan milik taipan Sukanto Tanoto itu bakal diekspor ke China.

Putera Parthama mengatakan Indonesia sebenarnya bisa lebih awal memproduksi serat rayon bila pada dekade 1990-an PT Inti Indorayon Utama dapat memulai bisnisnya. Kini, perusahaan itu bermetamorfosis menjadi PT Toba Pulp Lestari dan memproduksi bubur kertas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper