Bisnis.com, JAKARTA -- PT Cargill Indonesia hanya akan mengimpor sekitar 120.000 ton kedelai hingga akhir tahun alias sama dengan tahun lalu.
Corporate Affairs Director PT Cargill Indonesia Arief Susanto mengatakan perusahaan tidak akan menaikkan volume impor kendati kebutuhan kedelai untuk industri pangan meningkat. "Kebetulan memang jumlah itu pasar kami," ujar Arief, Senin (12/9/2016).
Dia mengatakan jumlah itu sama dengan 5% dari total volume impor kedelai selama ini. Arief menegaskan perusahaannya tidak pernah menguasai impor biji nabati itu seperti dikabarkan selama ini. Impor Cargill, tutur dia, tidak pernah melampaui 10% dari volume impor kedelai nasional.
Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) pada 2008 sempat mengumumkan struktur pasar importasi kedelai di Tanah Air bersifat oligoponistik dengan indikasi 74,66% pasokan kedelai dikuasai oleh dua importir, yakni PT Cargill Indonesia dan PT Gerbang Cahaya Utama (CGU).
Mengutip laman resmi, Cargill memulai bisnis kedelai di Indonesia pada 1999 berdasarkan perjanjian suplai jangka panjang dengan sebuah koperasi lokal berskala besar yang beranggotakan pabrik tahu dan tempe di Indonesia.
Saat ini, anak perusahaan Cargill Incorporated itu melayani pedagang besar yang mendistribusikan produk tersebut kepada produsen tahu dan tempe lokal. Kegiatan bisnis mereka meliputi impor, pembongkaran, pembersihan, penyimpanan, dan distribusi kedelai kepada pelanggan.
Sementara itu, berdasarkan prognosis Kementerian Pertanian, produksi kedelai hingga akhir tahun hanya 1,5 juta ton, sedangkan kebutuhan mencapai 2,6 juta ton sehingga terdapat defisit 1,1 juta ton.
Cargill Impor 120.000 Ton Kedelai Hingga Akhir Tahun
PT Cargill Indonesia hanya akan mengimpor sekitar 120.000 ton kedelai hingga akhir tahun alias sama dengan tahun lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Sri Mas Sari
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium