Bisnis.com, JAKARTA—Tujuan World Conservation Congress, yang diselenggarakan di Hawaii untuk melindungi hutan dunia sesuai komitmen 21st Conference for the Parties dinilai hanya akan berhasil jika sistem keuangan yang berlaku saat ini disesuaikan dengan mekanisme lapangan.
Direktur Pelaksana Program Keberlanjutan Asia Pulp & Paper Aida Greenbury mengatakan mekanisme pendanaan iklim seperti Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD+) harus memberi kesempatan kepada para petani kecil dan warga di sekitar hutan mengakses berbagai kesempatan investasi.
“Mekanisme keuangan yang ada saat ini tidak memberikan insentif dan tidak memenuhi kebutuhan orang-orang di lapangan, tetapi justru menahan pembayarannya sampai target pengurangan emisi tercapai,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (9/9/2016).
Menurutnya, jika mekanisme pendanaan tetap berpegang pada sistem pembayaran berdasarkan hasil maka sejumlah aspek harus dibenahi agar kebutuhan jangka pendek lebih dahulu dipenuhi, baru kemudian kebutuhan jangka panjangnya.
Hal ini, lanjutnya, menjadi bagian penting dalam melindungi dan mengembalikan hutan-hutan di dunia. Aida mengatakan target Kesepakatan Paris dalam 21st Conference for the Parties merupakan target ambisius untuk meraih pendanaan US$100 miliar dollar pada tahun 2020.
Namun, keberhasilan meraih dana seharusnya bukan semata-mata sebagai tolak ukur kesuksesan program tersebut, melainkan dibutuhkan mekanisme yang efektif dalam menyalurkan dana sehingga para petani kecil bisa mendapat manfaat.
Selain itu, tuturnya, sektor swasta yang terkait dengan komoditas berbasis kehutanan memiliki peranan penting dalam mendukung inisiatif pendanaan iklim.
Melalui kontribusi pendanaan langsung, perusahaan-perusahaan komoditas bisa mengatasi keterbatasan dana serta pada akhirnya menekan risiko investasi yang lebih besar dari negara-negara donor atau lembaga pembiayaan.