Bisnis.com, MALANG - PDAM Kab. Malang, Jawa Timur, membutuhkan investasi sekitar Rp450 miliar untuk mencapai cakupan layanan air perpipaan sebesar 100% pada 2019.
Direktur Utama PDAM Kab. Malang Samsul Hadi mengatakan sampai akhir tahun lalu pelanggan perusahaan daerah tersebut mencapai 103.000 satuan sambungan rumah (SR) yang berarti mencapai 28% total cakupan air perpipaan.
“Namun dengan pasokan air perpipaan di luar PDAM, seperti Hipam (Himpunan Pengguna Air Minum),program dinas kesehatan, Ciptakarya, serta swadaya, maka cakupannya sudah mencapai 86%,” ujarnya di Malang, Rabu (7/9/2016).
Tingkat kemampuan PDAM dalam memasok kebutuhan air perpipaan, kata dia, sebesar 2%/tahun. Seperti tahun ini, diharapkan ada tambahan 8.000 SR.
Dengan asumsi seperti itu, maka sampai akhir 2019, cakupan layanan air perpipaan dari PDAM Kab. Malang diharapkan mencapai 34% dan sisanya dipenuhi dari non-PDAM sehingga bisa mencapai cakupan layanan 100% air bersih atau air perpipaan.
Dari sisi potensi pelanggan, kata Samsul, masih sangat banyak. Intinya, warga Kab. Malang masih banyak yang belum terlayani air perpipaan. Yang menjadi problem, dari sisi jaringannya, mulai dari instalasi air minum, jaringan utama, hingga jaringan sekunder.
Untuk mencapai layanan 100% yang kontribusi PDAM diharapkan bisa mencapai 34%, paling tidak dibutuhkan Rp450 miliar.
Dana sebesar itu diperuntukkan investasi instalasi pengolah air, mengolah suimber air, serta peningkatan kapasitas pipa, serta pemasangan jaringan pipa utama dan sekunder.
Dengan dana sebesar itu, tidak mungkin dapat dipenuhi PDAM maupun Pemkab Malang selalu pemilik perusahaan. Maka harapan satu-satu bantuan dari pemerintah pusat.
“Sudah ada pembicaraan dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Intinya, pemerintah tidak keberatan membantu program tersebut asal programnya benar-benar rasional,” ucapnya.
Sambil menunggu investasi besar-besaran dari pemerintah pusat turun, secara sporadis PDAM juga terus memperluas cakupan layanan.
Seperti pelayanan untuk daerah kering di Sumbermanjing Kulon, Kec. Pagak, akan dapat dilayani dengan bantuan dari pemerintah pusat sebesar Rp25 miliar untuk mengolah air sungai bawah tanah dengan debit 40 liter/detik.
Air sebanyak itu diperuntukkan pelanggan sebanyak 2.400 keluarga. Dengan adanya layanan tersebut, maka diharapkan di daerah tidak lagi mengalami krisis air minum saat memasuki musim kemarau.
“Pengoperasian sumber air di sana memang mahal karena menggunakan listrik. Namun hal itu tetap harus dilakukan untuk memberikan layanan kepada masyarakat. Jadi kami menggunakan mekanisme subsiudi silang,” ujarnya.
Selain dari sisi pasokan, percepatan layanan 100% air bersih juga harus dilakukan dengan memperkuat sisi permintaan, yakni pemberian subsidi untuk biaya pemasangan dari pemerintah seperti yang direalisasikan pada tahun ini.