Bisnis.com, JAKARTA - Produsen pesawat jet pribadi, Dassault Falcon, berencana mengembangkan pasar pesawat jet pribadi di Asia, khususnya Indonesia seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat.
President Dassault Aviation Asia-Pasific Co. Ltd. Jean Michel Jacob mengatakan industri penerbangan Indonesia saat ini merupakan tercepat di Asia Tenggara, yakni dengan pertumbuhan sebesar dua digit dalam beberapa tahun terakhir ini.
“Kami melihat ada potensi yang besar bagi Dassault Falcon di Indonesia. Angkutan udara menjadi hal penting guna mendukung kegiatan bisnis, dan pesawat jet pribadi menawarkan perjalanan yang lebih fleksibel dan efisien,” katanya, Kamis (1/9/2016).
Jean mengungkapkan pesawat Dassault Falcon di Indonesia saat ini terbilang sedikit, yakni hanya sebanyak satu unit. Jumlah tersebut terbilang sangat sedikit jika dibandingkan dengan negara tetangga Malaysia yang memiliki sembilan unit.
Oleh karena itu, lanjutnya, Dassault sangat berkomitmen untuk mengembangkan pasar jet pribadi di Indonesia. Apalagi, kondisi Indonesia saat ini, baik dari sisi ekonomi maupun geografis cukup menjanjikan untuk pengembangan pasar jet pribadi.
“Ini sebenarnya salah kami juga. Selama ini, fokus pasar Dassault hanya menyasar Amerika Serikat dan Eropa saja. Kita baru masuk ke Asia itu beberapa tahun yang lalu, dan kami pikir Indonesia merupakan pasar yang potensial,” tuturnya.
Jean mencatat jumlah pesawat jet pribadi atau bisnis (bizjet) di Indonesia saat ini baru berukuran kecil dan sedang. Padahal, pemilik pesawat jet pribadi juga kian berminat untuk memiliki pesawat jet berukuran lebih besar dan mampu terbang lebih jauh.
Dia juga berencana menawarkan pesawat Falcon 8x kepada para perusahaan besar dan taipan Indonesia. Menurutnya, pesawat dengan tarif sekitar US$60 juta itu sangat nyaman, aman dan hemat bahan bakar hingga 40% ketimbang kompetitor lainnya.
Selain itu, Falcon 8x juga didesain untuk mampu mendarat pada landas pacu pendek. Bahkan, Falcon 8x juga diperbolehkan terbang langsung menggunakan rute di atas air lebih banyak, sehingga waktu terbang menjadi lebih singkat dan efisien.
Saat ini, pesawat Dassault yang beroperasi di Asia Tenggara dan Asia Pasifik mencapai lebih dari 100 unit, yang terdiri dari pesawat dengan daya jelajah sangat jauh Falcon 7x hingga pesawat berbadan besar (widebody) Falcon 2000LXS.
Guna mendukung perawatan pesawat di Asia Tenggara, Dassault juga menambah kapasitas gudang suku cadang pesawat di Singapura. Gudang ini dapat mendukung kebutuhan suku cadang hingga sebesar US$35 juta.
Sementara itu, Direktur Arista Indonesia Aviation Center (AIAC) Arista Atmadjati menilai Indonesia memang menjadi ladang yang menarik bagi asing untuk mencari keuntungan, terutama yang berkaitan dengan industri penerbangan.
“Pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini memang masih lebih baik ketimbang negara-negara lainnya, apalagi industri penerbangan domestik juga tumbuh dua digit. Tidak heran, asing pengen juga cari makan di Indonesia,” ujarnya.
Kendati demikian, Arista menilai pangsa pasar pesawat jet pribadi di Indonesia saat ini masih terlampau kecil, meski terus mencatatkan pertumbuhan positif. Asal tahu saja, jumlah jet pribadi di Indonesia tahun lalu mencapai 52 unit, naik 16%, dari tahun sebelumnya.
Dia juga pesimistis permintaan jet pribadi di Indonesia akan melonjak tajam seiring dengan rencana pemerintah untuk memperbolehkan pesawat jet pribadi non-PK terbang antarbandara di Indonesia.
“Saya kira pasar jet pribadi di Indonesia itu masih sangat segmentif, dan hanya untuk kalangan super kaya. Meski tumbuh, pasarnya itu yah cuma itu-itu saja, enggak banyak,” katanya