Bisnis.com, JAKARTA--Indeks harga konsumen (IHK) sepanjang Agustus 2016 mengalami kenaikan atau deflasi sebesar 0,02% (month on month/mom) dan 2,79% (year on year/yoy).
Sementara itu, inflasi inti pada Agustus 2016 sebesar 0,36% (mom) dan 3,32% (yoy).
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Sasmito Hadi Wibowo mengatakan dengan deflasi sebesar 0,02% pada Agustus 2016 merupakan terendah dibandingkan bulan Agustus sebelumnya sejak 2001 yang kala itu mengalami deflasi 0,21%.
"Bahan makanan dan jasa transportasi yang menyumbang deflasi. Setelah lebaran harga-harga mengalami penurunan yang tajam seperti sayuran. Transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang turun angkutan antarkota, angkutan udara, dan pulsa turun," katanya, di Jakarta, Kamis (1/9/2016).
Angkutan menyumbang deflasi 0,18%, dan bahan pokok deflasi 0,15%. Komponen energi terdiri listrik, BBM, dan gas mengalami penurunan. Menurutnya, hal ini memperlihatkan intervensi pemerintah dalam pengendalian inflasi sehingga laju inflasi komponen barang yang diatur pemerintah cenderung kecil.
"Di sisi lain, pendidikan menyumbang inflasi 0,05% karena masyarakat harus membayar uang sekolah dan perguruan tinggi," ucapnya.
Sebelumnya, Bank Indonesia melaporkan terjadinya deflasi sebesar 0,04% pada survei yang dilakukan hingga pekan keempat Agustus 2016.
Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan pencapaian deflasi ini sejalan dengan target yang ingin dicapai pada tahun ini yaitu inflasi di bawah 4% sepanjang tahun ini. Namun, rendahnya inflasi dalam negeri belum sebaik negara-negara lainnya di Asia Tenggara yang tercatat inflasi sebesar 1,5%-2%.
"Jadi memang Indonesia sudah baik di di dalam, tapi ini masihh tantangan kita. Ada risiko la nina ada ke depan, yaitu periode basah," katanya.