Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Selain Andalkan Bahan Mentah, Produk UMKM Bisa Dorong Ekspor

Ekonomi domestik dinilai masih memiliki potensi menanjak terutama di industri ekonomi kreatif dan pariwisata. Untuk mengembangkan itu, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) tengah menjadi sorotan pemerintah sebagai potensi untuk menaikkan pertumbuhan ekonomi.
Pengunjung mengamati kerajinan kreatif yang dipamerkan saat pameran Incraft 2016, di Jakarta, Rabu (20/4)./JIBI-Abdullah Azzam
Pengunjung mengamati kerajinan kreatif yang dipamerkan saat pameran Incraft 2016, di Jakarta, Rabu (20/4)./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Ekonomi domestik dinilai masih memiliki potensi menanjak terutama di industri ekonomi kreatif dan pariwisata. Untuk mengembangkan itu, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) tengah menjadi sorotan pemerintah sebagai potensi untuk menaikkan pertumbuhan ekonomi.

Ekonom PT Bank Permata Tbk. Josua Pardede berpendapat produk-produk dari UMKM berpotensi untuk mengerek naik ekspor yang saat ini masih mengandalkan komoditas mentah. Padahal, komoditas mentah seerti batu bara dan kelapa sawit bergantung pada ekonomi global.

“Kita mulai berpikir untuk mengandalkan ekspor kerajinan tangan yang nilai tambahnya tinggi, seni budaya kita cukup besar. Produk UMKM yang bisa mengangkat kebudayaan kita akan dinilai oleh global,” ucapnya, Minggu (28/8/2016).

Sebelumnya, Gubernur BI Agus Martowardojo mengakui penciptaan ekonomi menjadi fokus bank sentral mengingat melambatkan pertumbuhan ekonomi beberapa tahun terakhir akibat lesunya ekonomi dunia.

“Munculnya kegiatan ekonomi baru diharap dapat memberikan nilai tambah untuk menjaga ekonomi dan menciptakan lapangan kerja. Ini juga menjaga ketahanan rumah tangga,” ujarnya.

Menurutnya, ekonomi kreatif menjadi tanggung jawab bersama sehingga perlu solusi dan terobosan yang canggih untuk meningkatkan daya saing sehingga UMKM dapat menjadi tuan rumah. Hasil pemetaan oleh bank sentral, sektor industri yang memiliki potensi berdaya saing adalah industri kerajinan dan fesyen.

“Masih ada kendala. Terbatasnya akses pembiayaan, disebabkan keterbatasan kemampuan dalam penyusunan keuangan. Ada program Kredit Usaha Rakyat yang semakin ditingkatkan. Target di 2016 ada Rp100 triliun dengan suku bunga kompetitif,” ucapnya.

Kendala selanjutnya, terbatasnya akses pasar yang belum jelas dan hanya berorientasi domestik. Terakhir, terbatasnya keterampilan manusia termasuk dalam hal research dan proses produksi yang dilakukan secara tradisional.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Veronika Yasinta

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper