Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kendalikan Inflasi, BI Jateng Kembangkan 8 Klaster Bawang Putih

Bank Indonesia Perwakilan Jawa Tengah mengembangkan delapan klaster bawang putih, guna mengendalikan inflasi di wilayah setempat.
Penjual bawang putih di pasar/Ilustrasi
Penjual bawang putih di pasar/Ilustrasi

Bisnis.com, KARANGANYAR - Bank Indonesia Perwakilan Jawa Tengah mengembangkan delapan klaster bawang putih, guna mengendalikan inflasi di wilayah setempat.

Delapan klaster berada di delapan kota /kabupaten yakni Karanganyar, Magelang, Tegal, Pekalongan, Batang, Banjarnegara, Temanggung dan Purbalingga.

Kepala BI Jateng Iskandar Simorangkir memaparkan delapan klaster bawang putih ditargetkan bisa menghasilkan produksi sebanyak 300 ton. Dari angka itu, katanya, dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Jateng.

"Nanti tiap tiap kabupaten/ kota bisa menentukan luasan lahan untuk bawang putih," paparnya disela sela acara MoU Klaster Program Pengendalian Inflasi Komoditas Bawang Putih di Jawa Tengah, di Karanganyar, Rabu (24/8/2016).

Menurutnya, pengembangan klaster bawang putih menggunakan bibit tawangmangu, karena sudah teruji dari sisi kualitas. Dia memaparkan kondisi sekarang bibit bawang putih tawangmangu sebanyak 22,3 ton.

Iskandar mengatakan produksi bawang putih di Indonesia sangat rendah. Akibatnya, pemerintah mengambil langkah untuk importasi komoditas itu. Data Badan Pusat Statistik, menyatakan impor bawang putih sebanyak 400.000 ton dari Tiongkok dan India.

Adapun, data impor per Juni 2016 sebanyak 58.0000 ton bawang putih. "Mestinya bawang putih tak perlu impor. Kita berdayakan petani. Ada kepastian harga," terangnya.

Iskandar mengatakan inflasi Jateng salah satunya dipengaruhi komoditas bawang putih. Oleh karena itu, pihak BI menginisiasi pengembangan klaster bawang putih. Harapannya, ujarnya, Jateng menjadi pusat swasembada bawang putih dan mengurangi ketergantungan impor.

Saat ini sekitar 95% bawang putih yang beredar di Indonesia diperoleh dari impor. "Kami ingin program ini bisa disebarluaskan oleh kabupaten lainnya," paparnya.

Fatkhul Hakim, Ketua Gapoktan Setio Tani Desa Adipuro Kaliangkrek Magelang, mengatakan harga bawang putih era 1982-1992 sangat bagus. Artinya, harga jual di tingkat petani bisa menutup biaya produksi yang meliputi bibit dan pupuk kandang.

Dia bersama kelompok tani lainnya saat ini menggarap tanaman bawang putih seluas 50 ha. "Dalam per hektare mampu menghasilkan produksi bawang putih 10 ton, dengan masa tanam 120 hari," terangnya.

Dalam setahun, katanya, komoditas itu mampu dua kali panen pada April- Mei dan Oktober-November yang menghasilkan produksi 18 ton per ha. "Sementara ini, pemasaran masih ditingkat lokal. Kendalanya, banyaknya bawang putih yang impor. Itu yang merusak harga di tingkat petani," terangnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhammad Khamdi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper