Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintah Diminta Waspada Soal Utang Luar Negeri

Ekonom menilai penurunan utang swasta menunjukkan situasi ekonomi dalam negeri yang tengah dalam masa pemulihan secara gradual tetapi masih lambat.
Pemerintah diminta waspada soal utang luar negeri. / Istimewa
Pemerintah diminta waspada soal utang luar negeri. / Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom PT Bank Permata Tbk. Josua Pardede menilai penurunan utang swasta menunjukkan situasi ekonomi dalam negeri yang tengah dalam masa pemulihan secara gradual tetapi masih lambat. Hal itu membuat modal kapital korporasi cenderung menurun dibandingkan tahun sebelumnya.

Namun, utang luar negeri jangka pendek yang tumbuh melambat di kuartal II/2016 menunjukkan kondisi utang yang sehat. Di sisi lain, dia mengingatkan perlunya kewaspadaan pada jumlah pembayaran bunga dan cicilan pokok utang luar negeri jangka panjang dibagi dengan jumlah ekspor.

"DSR [Debt Service Ratio] tier 1 pada kuartal II/2016 meningkat menjadi 37,28 dari 34,08 pada kuartal sebelumnya. Peningkatan DSR ini perlu diwaspadai karena kondisinya memburuk seiring dengan terus menurunnya penerimaan ekspor," ujarnya, Selasa (23/8/2016).

Menurutnya, pemerintah perlu melakukan pelunasan utang luar negeri pada saat jatuh tempo dan tidak memperpanjangnya. Selanjutnya, utang luar negeri swasta juga perlu diperketat kecuali utang yang berorientasi ekspor. Dia meyakini pembangunan kawasan ekonomi yang beriorientasi ekspor dan penguatan sistem logistik akan semakin mengefisienkan ekspor.

"Pemerintah perlu lebih efektif dan cermat dalam pengelolaan utang luar negeri yakni yang berorientasi pada sektor produksi yang berdampak luas bagi pembangunan misalnya pembangunan insfrastruktur dan atau pemberian insentif bagi UMKM," katanya.

Bank Indonesia melaporkan posisi utang luar negeri pada kuartal II/2016 mencapai US$323,8 miliar atau naik 2,2% dibandingkan kuartal sebelumnya. Pemerintah cenderung menarik utang di kuartal II/2016, sementara swasta lebih memilih membayar utang.

Secara keseluruhan, rasio utang luar negeri terhadap produk domestik bruto (PDB) pada kuartal II/2016 tercatat sebesar 36,8%, sedikit meningkat dari kuartal sebelumnya sebesar 36,6%.

Hendy Sulistiowati, Direktur Eksekutif Departemen Statistik BI, mengatakan kenaikan utang sektor publik terjadi pada utang jangka panjang yang mencapai US$6,9 miliar dari total kenaikan utang sebesar US$7,4 miliar. Utang pemerintah tercatat senilai US$158,7 miliar di kuartal II/2016 atau naik 14% dibandingkan kuartal sebelumnya.

Menurutnya, kenaikan tersebut didorong oleh peningkatan penjualan obligasi pemerintah baik dari surat berharga negara maupun internasional bonds. Utang sektor publik bisa meningkat seiring kebutuhan dana untuk pembiayaan infrastruktur.

"Utang sektor publik bisa turun kalau penghasilan dari pajak dan penerimaan negara bukan pajak naik. Tapi kalau tidak bisa ditutupi penerimaan, maka utang naik," katanya.

Sementara itu, utang luar negeri swasta mengalami penurunan 3,1% (yoy) atau lebih dalam dibandingan kuartal sebelumnya sebesar 0,5% (yoy). Dia menyatakan penurunan utang di sektor swasta lebih disebabkan karena swasta cenderung membayar utang ketimbang menarik pinjaman.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Veronika Yasinta
Editor : Setyardi Widodo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper