Bisnis.com, BANDUNG - PT Dirgantara Indonesia berencana memindahkan pabrik pesawat terbang dari Bandung ke kawasan aerocity Kertajati, Majalengka, Jawa Barat.
Direktur Utama PTDI Budi Santoso mengatakan rencana kepindahan ini merupakan permintaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada pihaknya saat rapat terbatas terkait industri pertahanan. Presiden menilai pabrik pesawat terbang tersebut sudah tak layak menempati lokasi saat ini yang terbatas.
"Dalam pertemuan kami dengan presiden, ditanyatakan PT DI berapa luasannya? 50 ha. Masa produksi kapal terbang segitu [lahannya]. Nggak [akan] maju-maju. Akhirnya Presiden minta di Kertajati," katanya, seusai bertemu Gubernur Jabar Ahmad Heryawan di Gedung Sate, Bandung, Kamis (18/6/2016).
Diakuinya kondisi pabrik pesawat PT DI di kompleks Husein Sastranegara, Bandung, saat ini sudah tidak bisa dikembangkan karena lahan makin terbatas. Karena itu pihaknya menemui Pemprov Jabar untuk meminta izin masuk kawasan aerocity Kertajati. "PT DI pindah dari Bandung, tapi tetap di Jabar, karena kalau di Bandung sudah terlalu..ini atas arahan Presiden," ujarnya.
Menurutnya, rencana kepindahan akan mulai diproses dari sekarang. Namun, Budi memastikan kemungkinan ini bisa terealisasi dalam 2-3 tahun mendatang. Saat ini, pihaknya masih mengerjakan pesanan pesawat. “Nanti untuk produksi akan dilakukan di Kertajati, karena ini sesuai dengan rencana pengembangan Kertajati juga,” paparnya.
Budi mengaku aerocity Kertajati satu-satunya kawasan yang tepat karena lahannya masih berpeluang untuk dibebaskan. Menurutnya, Presiden Jokowi dalam arahannya meminta agar pabrik PTDI di Kertajati nanti harus memiliki lahan lima kali lipat dari pabrik yang ada saat ini. “PTDI sekarang menempati lahan 50 hektar, arahan Pak Presiden 5 sampai 6 kali lipatnya agar masuk trust-nya,” katanya.
Rencana ini dinilai Budi tidak mudah juga, karena BUMN tersebut jelas butuh pendanaan besar jika harus merelokasi pabrik. Karena itu pihaknya berinisiatif terlebih dahulu menyusun jadwal dan melakukan sejumlah penyesuaian seiring menunggu dukungan dari pusat. “Mudah-mudahan ada suntikan modal. Yang penting lahan amankan dulu nanti secara bertahap pindah,” cetusnya.
Budi mengatakan kepindahan PT DI ke kawasan baru tersebut adalah program jangka panjang BUMN ini. Secara bertahap nantinya Bandung hanya menjadi lokasi pusat persenjataan militer dan nonkomersial. "Atas perintah Presiden, untuk pesawat militer di Bandung. Penting bagi industri pertahanan memiliki lahan yang bisa dikembangkan,” tuturnya.
Di tempat yang sama, Direktur Utama BUMD PT BIJB Virda Dimas mengatakan peluang PT DI masuk aerocity Kertajati sangat terbuka. Pihaknya dalam masterplan aerocity sudah menetapkan lahan untuk aerospace park seluas 300 hektare. “Kan sudah kita siapkan, itu bisa untuk R80, PT DI atau Comac untuk yang betul-betul serius,” katanya.
Menurutnya lahan seluas 300 hektar sudah cukup bagi industri pesawat terbang sekelas PT DI ataupun Regio Aviasi Indonesia (RAI) yang ingin mengembangkan pesawat R80. Jika PT DI akan mengambil seluruh lahan yang dialokasikan ini dan serius, Virda memastikan itu akan menjadi hak PTDI seluruhnya. “Tidak akan kita revisi 300 hektar saja untuk aerospace park,” ujarnya.
Aerocity Kertajati seluas 3.200 hektar sendiri sudah dibagi-bagi untuk sejumlah kebutuhan. Virda merinci nantinya akan ada logistics park seluas 300 ha, energy center 190 ha, business center 1 dan 2 masing-masing 150-190 ha, ecoscience dan residensial. “Nantinya akan ada beauty contest siapa yang lebih serius di aerospace. Sampai akhir tahun kami urus perizinannya,” tuturnya.
Gubernur Ahmad Heryawan (Aher) menyambut baik usulan dari Presiden ini. Bandara Kertajati memilik area yang luas ditambah dengan kawasan aerocity-nya, sehingga menurut Aher, PT DI sangat memungkinkan untuk dipindahkan ke Kertajati atau satu kawasan dengan BIJB Kertajati.
"Saya juga tadi sudah bicara dengan Dirut BIJB, Pak Virda. Dalam kawasan rancangan aerocity BIJB itu sudah ada di sebelah mana [lokasi] untuk PT DI," katanya.
Kawasan aerocity BIJB memiliki luas lahan hingga 3.600 ha dan akan terus berkembang menjadi kawasan komersial ke depannya. Apabila PT DI membutuhkan luas lahan lima hingga enam kali lipat dari luas PT DI di Bandung, ini berarti dibutuhkan luas lahan antara 250 sampai 300 ha.