Bisnis.com, SEMARANG - Produksi kopi asal Indonesia akan bersaing ketat dengan kopi Brasil dan Vietnam dalam menghadapi perdagangan komoditas tertentu tingkat dunia.
Pemain kopi terbesar di dunia saat ini didominasi oleh dua negara yakni Brasil dan Vietnam. Dari total produksi kopi tingkat dunia yang mencapai sekitar 154 juta karung, sekitar 80 juta karung disumbang dari Brasil dan Vietnam.
Wakil Ketua Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Jawa Tengah Moelyono Soesilo mengatakan kopi Indonesia masuk 10 besar jenis kopi spesial tingkat dunia. Sayangnya, pengakuan dunia internasional terhadap kualitas kopi Indonesia belum menggairahkan petani dan pelaku usaha kopi di wilayah berpenduduk sekitar 250 juta jiwa ini.
Selama ini, katanya, Indonesia telah mengekspor kopi ke sejumlah negara seperti Amerika Serikat, China, dan sejumlah negara di Benua Eropa. Namun demikian, Moelyono mengakui bahwa kopi asal Indonesia belum mampu menyaingi produksi kopi dari Brasil dan Vietnam.
“Sekarang permintaan kopi meningkat 5%-6%, namun pasokan naik hanya 1%. Jadi tidak imbang,” paparnya di sela-sela Pelatihan Ekspor Kopi, Kamis (11/8/2016).
Menurutnya, permasalahan yang dihadapi saat ini adalah masih rendahnya produktivitas kopi Indonesia sehingga kalah bersaing dengan sesama negara di kawasan Asean yaitu Vietnam.
Selain itu, peringkat Indonesia sebagai pengekspor kopi dunia turun peringkat dari posisi ketiga menjadi peringkat keempat. Kondisi tersebut, katanya, mesti direspon oleh pemerintah untuk menggenjot produktivitas kopi melalui perusahaan yang merupakan milik pemerinmtah baik itu badan usaha milik negara (BUMN) dan BUMD.
“Edukasi kepada petani itu penting. Jangan sampai pola tanam sampai panen hasilnya malah sedikit,” terangnya.
Dengan melihat kekurangan produksi kopi, Moelyono khawatir akan terjadi impor kopi besar-besaran ke Indonesia pada 2020. Pasalnya, saat ini beberapa permintaan kopi terus bertambah seiring dengan maraknya warung kopi di berbagai daerah.
Pihaknya juga mendorong adanya eksportir baru yang mampu bermain di kancah internasional. Namun, proses untuk menjadi eksportir perlu tahapan dan proses yang harus dilalui, mulai kualitas kopi, packaging, perizinan serta pemahaman akan pentingnya merawat tanaman kopi.
“Semakin banyak eksportir baru, maka devisa negara akan terus bertambah,” imbuh Sekretaris AEKI Jakarta Miftahul Kirom.
Nilai ekspor kopi Indonesia ke dunia pada 2015 tercatat US$1,19 miliar atau naik 15,2% jika dibandingkan periode sama tahun lalu. Dari nilai tersebut, Amerika masih tetap menduduki peringkat pertama negara tujuan ekspor kopi.
Nilai ekspor kopi ke Amerika US$281,1 juta atau market share 23,47%. Selanjutnya, Jepang dengan nilai ekspor US$104,9 juta atau pangsa pasar mencapai 8,7%.
Pada tahun lalu, Moelyono memaparkan negara tujuan ekspor kopi Indonesia periode Januari-November 2015 seperti Amerika senilai US$255,76 juta. “Kami perkirakan tahun ini ekspor kopi Indonesia mengalami peningkatan 20%,” terangnya.
Ketua Gabungan Kelompok Petani Kopi Lereng Gunung Kelir Kabupaten Semarang Ngadiyanto menyatakan produksi kopi memang dipengaruhi oleh cuaca dalam negeri. Jika tidak ada anomali cuaca, katanya, produksi kopi akan sesuai dengan harapan.
Sebaliknya, jika musim hujan berkepanjangan menyebabkan pembuahan kopi akan mengalami kemunduran dari jadwal yang biasanya jatuh pada September. “Patokannya pada musim. Kalau bagus, produksi kopi bisa semakin banyak,” terangnya.