Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kolaborasi Komunitas Kreatif Indonesia dan Polandia

Setidaknya dua tahun terakhir, komunitas kreatif dari Indonesia dan Polandia telah menjalin kerja sama melalui proyek Social Design for Social Living. Proyek ini berupa penelitian, hingga kegiatan-kegiatan seni dalam lingkup seni visual, desain, dan arsitektur. Mereka juga mengadakan pameran dengan nama yang sama, Social Design for Social Living, belum lama ini di Galeri Nasional Indonesia.
Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf/Antara
Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf/Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Setidaknya dua tahun terakhir, komunitas kreatif dari Indonesia dan Polandia telah menjalin kerja sama melalui proyek Social Design for Social Living. Proyek ini berupa penelitian, hingga kegiatan-kegiatan seni dalam lingkup seni visual, desain, dan arsitektur. Mereka juga mengadakan pameran dengan nama yang sama, Social Design for Social Living, belum lama ini di Galeri Nasional Indonesia.

Untuk menikmati kegiatan tersebut, pengunjung dapat melihat film dokumenter, video, dan beraneka gambar. Mereka juga dapat bergabung dengan lokakarya atau diskusi yang dipandu oleh para seniman.

Ada sebelas seniman dan beberapa organisasi Polandia serta ada tiga organisasi seni Indonesia yang berkontribusi dalam pameran. Mereka antara lain Iza Rutkowska (berkolaborasi dengan LBH Jakarta), Alicja Rogalska (berkolaborasi dengan musisi jalanan), Maciej Siuda (berkolaborasi denan Jatiwangi Art Factory, Pawel Althamer, Marta Frank, dan sebagainya.

Menurut Kurator Social Design for Social Living Krzysztof Lukomski tujuan kegiatan tersebut adalah sebagai titik awal untuk berdiskusi bahwa seni dapat menjadi alat untuk membangun komunitas dalam berbagai cara yang berbeda dan di tempat-tempat yang jauh.

“Struktur dan materi pameran serta rangkaian aktivitas di Galeri Nasional Indonesia, serta daftar para peserta dan rekan kerja adalah hasil dari banyak perjalanan dan perbincangan,” katanya.

Salah satu yang terlihat dalam pameran adalah bagaimana bentuk kerja sama antara seniman Polandia dan Jatiwangi Art Factory. Jatiwangi Art Factory merupakan organisasi kebudayaan dari Jawa Barat yang mendedikasikan diri untuk kegiatan seni kontemporer dalam konteks kehidupan pedesaan, di tengah sawah, tradisi keramik, hingga kerja yang berbasis komunitas.

Jatiwangi sendiri merupakan kecamatan di Kabupaten Majalengka yang memiliki pabrik genteng modern dan tradisional sehingga terkenal sebagai produsen genteng terbesar di Indonesia.

Karya yang dapat dinikmati dalam pameran antara lain adalah seri fotografi berjudul Monumen (2016) hasil kolaborasi Robert Kusmirowski dan Jatiwangi Art Factory. Terlihat beberapa foto yang menampilkan sosok para pekerja keras di Jatiwangi, dengan citra tubuh sempurna dan sehat. Uniknya, ada pose yang disiapkan secara khusus. Misalnya ada dua orang pekerja yang berdiri tegap bak bangsawan, dengan tubuh penuh tanah, sehingga terlihat seperti monumen.

Ada pula Rumah is Small (2015-2016), karya arsitektur berbasis proses karya Maciej Siuda berkolaborasi dengan Jatiwangi Art Factory. Karya itu muncul karena adanya permasalahan yaitu kepergian anggota muda Jatiwangi Art Factory sesudah menikah. Mereka pergi merantau untuk meraih pekerjaan untuk menghidupi keluarga mereka. Solusinya adalah pembangunan sebuah rumah kecil untuk suami-istri muda.

Kemudian Sabun Tanah (2015-2016) karya Marta Frank berkolaborasi dengan Jatiwangi Art Factory. Sabun tanah merupakan sebuah solusi desain unik yang tercipta berdasarkan penggunaan tradisional tanah liat yang menjadi identitas Kecamatan Jatiwangi. Sabun terbentuk menyerupai batu bata dan mengandung tanah liat Jatiwangi yang kaya mineral. Tujuan proyek tersebut untuk mempromosikan sabun tanah.

Saat ini, Frank dan Jatiwangi Art Factory berencana memulai produksi sabun dan dijual sebagai produk jadi.

Beberapa karya video juga terlihat dalam pameran. Video Brodno (2000) karya Pawel Althamer memperlihatkan angka 2000 yang ‘ditulis’ menggunakan jendela-jendela yang lampunya menyala. Angka 2000 dapat muncul karena Althamer mempersuasi tetangganya di sebuah gedung apartemen.

Sebagai catatan, pameran tersebut bersifat interaktif sehingga publik dapat berjumpa dengan seniman, perancang, kurator dan mahasiswa yang menjadi tuan rumah pameran. Pengunjung dapat berbincang-bincang dengan mereka selama pameran.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper