Bisnis.com, JAKARTA-- PT Cimanggis Cibitung Toll Ways (CCTW) terpaksa memundurkan operasional tol Cimanggis-Cibitung Seksi I sepanjang 3,5 kilometer yang semula ditargetkan pada akhir tahun ini menjadi kuartal I 2017 karena tersendatnya proses pengadaan lahan.
Direktur Operasional PT Cimanggis Cibitung Toll Ways A.D. Erlangga mengatakan sejak pertama kali dibangun pada 2007 hingga saat ini, total lahan yang telah terbebas baru mencapai 1% di seksi I Junction Cimanggis-Trans Yogi IC-Narogong IC .Kondisi ini membuat proses konstruksi untuk seksi I baru mencapai 25%, dari target yang dicanangkan sebesar 45%.
“Kerja konstruksi itu harusnya ekstensif, faktanya kita intensif bekerja di satu titik saja. Harusnya kalau tanah sudah bebas, akhir tahun ini sudah operasi satugate, seksi satu,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (27/07).
Padahal, menurutnya tol sepanjang total 25,39 kilometer ini sangat strategis karena menghubungkan dua tol eksisting dengan lalu lintas padat, yaitu tol Jakarta—Cikampek dan Cinere--Jagorawi. Dengan estimasi volume lalu lintas mencapai 40,000 kendaraan setiap harinya, tol Cimanggis—Cibitung juga sangat menguntungkan secara finansial.
Meski demikian, dia merasakan adanya percepatan proses pengadaan lahan setelah kunjungan Presiden Joko Widodo ke proyek tersebut pada 21 Juni lalu. Namun, sejauh ini belum ada realisasi pembayaran lahan terbaru pasca kunjungan kepala negara.
“Sejak kunjungan Pak Jokowi, proses menuju pembayaran terus bergulir, ada progres day per dayyang bisa kita lihat, tidak seperti dulu. Belum mencapai realisasi pembayaran, tetapi efeknya terasa,” ujarnya.
Dia mengatakan, tol Cimanggis—Cibitung melintasi empat wilayah administratif yaitu Kota Depok, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Bogor. Saat ini proses konstruksi terutama pembangunan jembatan di seksi I masih menunggu penyelesaian proses pengadaan lahan sepanjang 700 meter di Kompleks Raffles Hills Depok, di mana sejumlah warga dan pengembang properti PT Gunung Subur keberatan dengan jalan tol yang melintas di jalur pipa gas.
Menanggapi hal ini, pria yang akrab disapa AD ini mengatakan perseroan telah mengantongi surat izin masuk lokasi dari Pertamina dan PGN. Dengan demikian pihaknya tinggal menunggu kesepakatan antara panitia pengadaan lahan dengan warga yang keberatan.
“Jalan tol crossing dengan pipa gas itu bukan barang baru. Ada prosedur dan teknik keamanannya. Cimanggis—Cibitung 26 km itu menyeberang 26 persimpangan titik gas. Kami kirim surat ke Pertamina dan PGN sudah ke luar [surat izin],” ujarnya.
Direktur Keuangan PT CCT Novianto mengatakan minimnya lahan yang tersedia membuat pihaknya belum bisa mengajukan pinjaman ke perbankan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan. Namun, sejauh ini kebutuhan biaya konstruksi dapat dipenuhi oleh PT Waskita karya Tbk yang selain bertindak sebagai investor, juga bertindak sebagai pelaksana konstruksi.
“Ini merupakan turn key project bagi Waskita, jadi investor, kontraktor, sekaligus suplai betonnya semua dari Waskita. Jadi biaya konstruksinya, biaya beton dan sekarang biaya tanah juga ditalangi dulu oleh Waskita,” ujarnya.
Seperti diketahui, Tol Cimanggis—Cibitung dikelola oleh PT Cimanggis Cibitung Tollways, yang sahamnya saat ini 90% dikuasai WTR, sementara PT Bakrie & Brothers Tbk dan PT Bakrie Toll Indonesia masing-masing memiliki 5%.
Menurut Novianto, pada tahun ini Waskita Karya melalui PT Waskita Tollroad, mengalokasikan total Rp5,2 triliun untuk dana talangan lahan 15 proyek tol, di mana Rp1 triliun dialokasikan untuk tol Cimanggis—Cibitung. Dengan demikian, saat ini dana lahan yang tersedia untuk proyek ini mencapai sekitar Rp1,6 triliun, dengan tambahan sisa dana BLU BPJT yang belum terpakai sebesar Rp583 miliar.
“Kita sangat berharap ada percepatan pengadaan tanah. Cara-cara konvensional ditinggalkan, sekarang harus saling jemput bola,” tutupnya.