Bisnis.com, BANDUNG - Penuntasan fisik Tol Soreang-Pasirkoja (Soroja) dan Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) terganjal urusan cuaca dan pendanaan.
Direktur Utama PT Citra Lintas Marga Jabar (PT CLMJ) Bagus Medi Suarso mengatakan pihaknya masih menghitung operasional jalan Tol Soroja pada September 2016 mendatang. "Force majeur, sedang kami persiapkan waktunya kemungkinan ini [molor] paling tidak dua bulan, jadi November," katanya di Bandung, Rabu (27/7/2016).
Bagus memaparkan kendala teknis yang menghambat pembangunan struktur fisik tol sepanjang 8,2 kilometer adalah tanah timbunan yang mencapai 70% lokasi proyek. Timbunan tanah ini dinilai masih rapuh karena faktor hujan.
"Kami ingin timbunannya kuat, agar pas dibuka tidak mudah rusak. Kualitasnya harus terjaga, karena kalau dipaksakan bisa merugikan," paparnya.
Saat ini progres fisik tol tersebut diakuinya baru mencapai 56%, jika timbunan bisa dikebut siang malam maka pada September ditargetkan sudah bisa mencapai 90%. Proses ini menurutnya terbantu dengan upaya Pemkab Bandung yang menurunkan satuan tugas. "Faktor keamanan diutamakan, ada defiasi terkait timbunan tapi ini terus kami kebut," katanya.
Menurutnya kondisi lokasi pembangunan juga membutuhkan perhitungan yang matang. Dia menunjuk titik tersulit pembangunan jembatan sepanjang 165 meter di atas Sungai CItarum di Kutawaringin, Kabupaten Bandung.
“Itu tiang pancangnya Cuma 12 meter karena tanah keras, itu harus dibor lagi karena kita tidak mau ambil resiko. Saya harus jaga mutu tol ini,” paparnya.
Sementara Kepala Satuan Kerja Tol Cisumdawu Wida Nurfaida mengatakan saat ini yang paling mendesak adalah masalah dana untuk pembebasan lahan. Kebutuhan dana untuk pembebasan lahan di seksi II kurang lebih sebesar Rp2 triliun.
"Di APBN perubahan yang saya harapkan paling tidak untuk seksi I bisa terpenuhi 80% kebutuhan lahan di seksi I dari Cileunyi-Rancakalong. Dari kebutuhan Rp1 triliun paling tidak 80% terpenuhi," ucapnya.
Namun yang paling dibutuhkan di APBN perubahan ini adalah dana pendamping dari pemerintah sebesar 10% dari total kebutuhan dana kontruksi atau sebesar Rp394 miliar.
"Ini sudah dijanjikan terus oleh pemerintah tapi sampai sekarang belum. Itu komitmen dari pemerintah pusat masuk di APBN Perubahan 2016. Kami hanya bisa mendorong saja," tandasnya.
Wida mengaku Tol Cisumdawu masih diadang persoalan lama di antaranya, penyelesaian tanah wakaf, perubahan penetapan lokasi (penlok) di seksi seksi V sepanjang 2,5 kilo meter.
Selain itu, harus adanya penyinkronisasian titik akhir tol yang dibangun sejak 2015 lalu ini dengan Jalan Tol Cikopo Palimanan (Cipali) yang nantinya juga menjadi akses penghubung menuju Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati,
"Saya minta bantuan Provinsi karena supaya ada kordinasi terkait sinkronisasi antara Cisumdawu dengan Cipali di bagian ujung yang tersambung dengan BIJB," katanya.
Saat ini dilapangan pelaksana proyek masih berusaha menyelesaikan pembangunan Seksi II Jalan Tol Cisumdawu sepanjang 10,7 kilo meter yang ditargetkan selesai 2017 mendatang. Untuk progresnya sampai saat ini Seksi II fase I pengerjaan fisiknya telah mencapai 76,87% dan pembebasan lahannya mencapai 93,31%. “Sementara untuk Seksi II fase II proses pembebasan lahannya telah mencapai 80,12% dan pengerjaan fisiknya masih 0%,” katanya.
Sekda Jabar Iwa Karniwa menambahkan dari pantauan pihaknya di lapangan, kedua tol ini menghadapi persoalan yang hampir serupa. Khusus Tol Soroja, masalah cuaca hujan yang terus menerus membuat proses penimbunan tol tersebut terhambat. “Timbunan itu 1:1 jadi harus keras. Kalau kemarau tapi meleset baru itu pengerjaan tidak benar, tapi sekarang hujan memang sulit,” ujarnya.
Iwa mengakui bahwa ada sejumlah kendala lain yang dihadapi dalam pembangunan Jalan Tol Soroja tersebut seperti pendanaan dan pembebasan lahan. Namun pihaknya masih optimis pembangunan jalan tol ini akan terus berlanjut.
"Di seksi satu yakni dari Pasirkoja hingga Citarum ini, ada dua bidang tanah wakaf masjid dalam prose negosiasi oleh P2T," katanya.
Sementara untuk Tol Cisumdawu, saat ini di lapangan pelaksana proyek tengah memersiapkan proses pembangunan terowongan sepanjang 472 meter. Selain itu proses pembebasan lahan pun sudah ada kemajuan dibanding kondisi sebelumnya.
"Tinggal menyelesaikan tanah wakaf, ada satu persyaratan Kemenag yaitu surat keputusan Bupati tim penilai tanah wakaf yang terkena jalan tol ini di seksi II fase I," cetusnya.
Kemudian terkait penyelesaian tanah SMK Pertanian Tanjungsari milik Pemprov Jabar. "Akan segera diproses untuk diubah atau mana yang terbaik untuk masalah ini. Akan ada rapat lanjutan (untuk penyelesaiannya)," ujarnya.
Menyangkut perubahan penlok di seksi V, dijelaskan Iwa, semata-mata untuk efisiensi dan efektifitas dalam pembangunan. Karena pada penlok yang ada saat ini lokasinya termasuk daerah rawan longsor.
"Terakhir, perlunya sinkronisasi ujung Tol Cisumdawu di Dawuan, khususnha dengan Cipali dan Bandara Kertajati. Nanti itu akan dibahas dan dikordinasikan dengan Kepala Dinas Bina Marga dan Kepala Dinas Perhubungan," ucapnya.