Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta memberikan dua opsi kepada PT Pelindo II/IPC selaku pengelola Terminal 3 pelabuhan Tanjung Priok untuk menghindari ancaman kongesti layanan bongkar muat peti kemas internasional di Pelabuhan tersebut.
Kepala Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok Bay M Hasani mengatakan kedua opsi tersebut dituangkan melalui surat Ka OP Tanjung Priok kepada Direksi Pelindo II yang isinya; pertama, meminta agar Pelindo II mengatur ulang waktu layanan bongkar muat atau berthing window terhadap kapal-kapal berukuran besar yang di lakukan di terminal 3 pelabuhan Priok yakni terhadap kapal NYK Line dan Maersk Line.
NYK Line dan Maersk Line sebelumnya dilayani di TPK Koja dan JICT, tetapi saat ini dilayani di Terminal 3 pelabuhan Priok pada waktu yang bersamaan yakni pada setiap akhir pekan (Jumat dan Sabtu).
"Laporan yang kami terima, kondisi inilah yang menyebabkan antrean dan kemacetan trucking di akses masuk pelabuhan pada setiap akhir pekan,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (19/7/2016).
Oleh karena itu, ujar Bay, disarankan kepada Pelindo II untuk menjadwalkan ulang pelayanan bongkar muat kedua kapal tersebut supaya tidak menggangu kegiatan ekspor impor lainnya di TPK Koja dan JICT akibat kapasitas lapangan penumpukan atau container yard di Terminal 3 Pelabuhan Priok terbatas.
Kedua, kata Bay, jika jadwal berthing window kedua kapal peti kemas itu tidak memungkinkan diubah karena sudah adanya kontrak dengan operator terminal, disarankan supaya kegiatan bongkar muatnya dialihkan ke terminal peti kemas lain di pelabuhan Priok yang juga melayani ekspor impor.
“Harus ada solusi mengatasi kemacetan di Terminal 3 pelabuhan Priok itu. Saya sudah sampaikan kedua opsi tersebut dan kami beri waktu selama sepekan untuk menjalankan opsi tersebut,” paparnya.
Bay mengatakan instansinya sudah membetuk tim untuk melakukan investigasi lapangan terkait kemacetan parah setiap akhir pekan yang berpotensi menyebabkan kongesti di terminal 3 Pelabuhan Priok dalam beberapa waktu terakhir ini.
Menurutnya, instansinya bisa saja menginstruksikan kepada kantor Syahbandar Pelabuhan Tanjung Priok untuk tidak menerbitkan izin kapal berukuran besar masuk ke terminal 3 pelabuhan Priok jika berpotensi menyebabkan kongesti di pelabuhan.
“Semua pihak harus legowo, lagi pula seluruh fasilitas terminal peti kemas ekspor impor di Priok itu masih dibawah kendali Pelindo II. Jadi harus bisa diatur tata kelola layanan kapal dan bongkar muatnya secara lebih ideal,” paparnya.
Bay menyebutkan, perpindahan kapal NYK Line dan Marsk Line ke Terminal 3 Pelabuhan Priok akibat merosotnya produktivitas layanan di JICT beberapa waktu lalu akibat adanya kisruh internal di JICT yang menyebabkan layanan di terminal tersebut slow down.
Selain itu, tarif bongkar muat peti kemas di Terminal 3 Pelabuhan Priok berlaku lebih rendah ketimbang di JICT maupun TPK Koja. “Tetapi sekarang ini kan kondisinya sudah kondusif,” ujarnya.
Saat dikonfirmasi Bisnis, Wakil Dirut PT Pelabuhan Tanjung Priok, M.Aji mengatakan sudah melakukan koordinasi dengan instansi dan stakeholder terkait dalam mengurai kemacetan yang terjadi pada tiap akhir pekan di terminal 3 pelabuhan Priok.
“Ini saja baru selesai rapat soal itu (Terminal 3) kita akan carikan solusi bersama supaya kelancaran arus barang tetap terjamin di pelabuhan,” ujarnya.
Namun Aji mengatakan pihaknya belum menerima tembusan surat KaOP Tanjung Priok yang berisi dua opsi menyelesaikan persoalan di terminal 3 pelabuhan priok tersebut. “Kami belum teima suratnya soal itu,” paparnya.
Sementara itu, Ketua Umum DPP Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Gemillang Tarigan mengatakan kepadatan aktivitas bongkar muat peti kemas internasional di Terminal 3 Pelabuhan Tanjung yang juga berimbas pada kemacetan pada akses keluar masuk pelabuhan bisa diminimalisir jika fasilitas Jakarta Outer Ring Road (JORR) E2 akses ke Pelabuhan Tanjung Priok sudah rampung dan dioperasikan.
“Kalau akses JORR itu selesai truk yang ke JICT dan Koja bisa langsung keluar masuk JORR tidak perlu lagi memutas didalam pelabuhan yang bersinggungan dengan akses ke terminal 3 Priok. Ini masalahnya,” ujarnya.
Gemilang mengatakan, selama proyek JORR E2 itu belum selesai kemacetan di Pelabuhan Priok akan selalu menjadi momok bagi pelaku usaha logistik.
“JORR akses ke Pelabuhan Priok yang belum selesai itu sebenarnya tinggal sekitar 2 km yang menghubungkan antara jalur di sekitar Bogasari ke Semper.Kalau siang malam dikerjakan pembangunannya bisa lebih cepat selesai dan di operasikan,” tuturnya.
Sebelumnya, pelaku usaha forwarder dan logistik di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta mendesak dilakukan tata kelola operasional yang ideal di Pelabuhan tersibuk di Indonesia itu.