Bisnis.com, PALEMBANG – PT PLN Wilayah Sumsel, Jambi dan Bengkulu (S2JB) mencatat konsumsi listrik selama Ramadan 2016 naik sebesar 6% atau menjadi 1.169 megawatt dibandingkan momen yang sama tahun lalu di tiga provinsi itu.
General Manager PLN Wilayah S2JB Budi Pangestu mengatakan peningkatan konsumsi selama Ramadan tahun ini tidak terlepas dari adanya pelanggan baru.
“Konsumsi meningkat dibandingkan dengan tahun lalu karena ada faktor pertumbuhan pelanggan baru,” katanya di sela-sela acara halal bihalal bersama media dan mitra kerja PLN di Palembang, Kamis (14/7/2016).
Budi mengemukakan pihaknya menargetkan pelanggan baru bisa mencapai 222.000 pelanggan hingga akhir tahun.
Menurut dia, realisasi pelanggan baru itu telah tercapai sekitar 33% atau 71.794 sambungan baru dari target sehingga turut memengaruhi peningkatan konsumsi listrik, termasuk saat bulan puasa.
Secara gabungan,jumlah pelanggan eksisting di wilayah S2JB mencapai 2,76 juta pelanggan dengan daya terpasang total 3,85 juta MVA. Adapun rasio elektrifikasi di tiga provinsi itu rata-rata mencapai 79,99%.
Budi menambahkan kenaikan konsumsi listrik tidak hanya terjadi selama bulan puasa, melainkan saat Idulfitri. “Selama periode Idulfitri, konsumsi tercatat 1.166MW naik sebanyak 105 MW atau 9,8% dibandingkan hari raya tahun lalu,” katanya.
Namun demikian, kata dia, konsumsi listrik pada momen Lebaran tercatat turun 10,3% dibandingkan dengan beban normal harian. Pada kondisi normal, rata-rata beban puncak siang sebesar 1.050 MW dan malam berkisar 1.300 MW.
Tak hanya itu, perseroan mengklaim mampu menghindari terjadinya pemadaman listrik saat momen salat Idulfitri 1437 H.
“Biasanya, pada tahun-tahun sebelumnya masih ada saja mati listrik saat salat ID di wilayah S2JB, tetapi kami bisa menjaga tidak terjadi pemadaman pada tahun ini,” katanya.
Budi memaparkan pihaknya memang mengantisipasi terjadinya pemadaman listrik selama Ramadan dan Idulfitri.
Berdasarkan data perseroan, beban puncak tertinggi di S2JB mencapai 3.119 MW sementara daya mampu pembangkit sebesar 3.152 MW.
“Realisasinya, secara sistem terlihat kondisi kelistrikan normal selama tiga hari, defisit selama lima hari dan siaga selama 22 hari,” jelasnya.
Budi menerangkan kondisi normal itu merupakan kondisi saat cadangan melebihi pembangkit terbesar yang sekitar 150 MW, sementara status siaga merupakan kondisi cadangan yang di bawah kapasitas pembangkit besar.