Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KOMISI XI DPR: Asumsi Rentang Pertumbuhan Ekonomi Terlalu Lebar

Rentang asumsi pertumbuhan ekonomi tahun depan sebesar 5,3% hingga 5,9% dianggap terlalu jauh dan tidak berarti apa-apa sehingga pemerintah diminta untuk menentukan titik asumsi pertumbuhan ekonomi 2017.
Hendrawan Supratikno, anggota Fraksi PDIP yang juga merupakan anggota Badan Legislasi (Baleg) DPR. /Antara
Hendrawan Supratikno, anggota Fraksi PDIP yang juga merupakan anggota Badan Legislasi (Baleg) DPR. /Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Rentang asumsi pertumbuhan ekonomi tahun depan sebesar 5,3% hingga 5,9% dianggap terlalu jauh dan tidak berarti apa-apa sehingga pemerintah diminta untuk menentukan titik asumsi pertumbuhan ekonomi 2017.

Anggota Komisi XI Hendrawan Supratikno mengatakan sudah tiga kali target pertumbuhan yang dicanangkan oleh pemerintah selalu meleset mulai dari APBNP 2014, APBN 2015 dan APBNP 2015. Karena itu, dia meminta pemerintah mematok asumsi yang realistis sehingga target tahun depan bisa tercapai.

Dia menilai rentang asumsi pertumbuhan terlampau lebar sehingga tidak berarti apa-apa. Rentang tersebut, lanjutnya, justru memberi kesan ke pasar bahwa pemerintah kurang bersemangat dalam menyongsong pertumbuhan ekonomi tahun depan.

“Apa yang menyebabkan pemerintah mematok range yang selebar itu. Situasi internasional tahun depan juga seperti tidak banyak berubah seperti China, The Fed dan harga komoditas. IMF dan Bank Dunia saja sudah merevisi angka pertumbuhan tahun depan sehingga memberikan kisaran angka yang pasti,” ujarnya, dalam rapat asumsi ekonomi makro dengan pemerintah, Kamis (14/7/2016).

Hal serupa juga diungkapkan oleh pimpinan sidang, Ahmad Hafiz Tohir. Dia meminta agar dalam pembahasan berikutnya, Senin (18/7), pemerintah segera menentukan titik asumsi pertumbuhan ekonomi 2017.

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro membenarkan bahwa tidak akan ada banyak kejutan pada tahun depan sehingga pihaknya bisa segera menentukan titik asumsi pertumbuhan ekonomi tahun depan yang menurutnya akan sedikit lebih tinggi dari margin bawah rentang asumsi 5,3%.

“Memang kondisi ekonomi global agak beda, swing bisa sangat besar tapi juga makin mendekati hari ini kami makin sepakat sepertinya tidak akan ada sesuatu yang spektakuler secara global. Artinya tidak beda jauh dengna tahun ini paling komoditas sedikit lebih baik,” ujarnya.

Menurutnya, data asumsi yang ditampilkan dalam rapat tersebut telah disusun pada Mei 2016 sehingga pihaknya tidak bisa menampilkan data lain selain data tersebut.

Pemerintah mensinyalir perekonomian Indonesia masih terdampak oleh perkembangan perekonomian global tahun depan lantaran pemulihan ekonomi dunia diperkirakan masih belum signifikan lantaran tertahan oleh lemahnya permintaan, ketidakpastian pasar dan moderasi pasar komoditas.

Hal ini bisa dilihat dari adanya penyesuaian proyeksi ekonomi global oleh IMF dari 3,4% menjadi 3,2% dan Bank Dunia dari 2,9% ke 2,4%. Selain itu, sinyalemen kenaikan suku bunga Federal Reserve yang diperkirakan bakal mendongkrak suku bunga hingga 200 basis poin memberikan sentimen terhadap pergerakan mata uang termasuk rupiah.

“Selain itu ketidakpastian pasar keuangan global dapat memicu ketatnya arus modal ke dalam emerging market dan apresiasi dolar AS yang lebih jauh,” ujar Bambang.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper