Bisnis.com, JAKARTA — Rata-rata kurs rupiah sepanjang tahun berjalan atau year to date/YtD terpantau senilai Rp15.840 per dolar AS. Capaian tersebut nyatanya telah melewati asumsi APBN 2024 yang senilai Rp15.000 per dolar AS.
Secara persentase, rupiah tercatat telah melemah 9,09% YtD sementara secara year yo year (YoY) telah melemah 9,3%.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup pada penghujung tahun lalu atau per 29 Desember 2023 pada angka Rp15.399 per dolar AS. Sementara saat pembukaan pasar pada 2 Januari 2024, rupiah melemah ke level Rp15.470 per dolar AS.
Per hari ini, Selasa (24/12/2024) pukul 14.00 WIB, rupiah berada di posisi Rp16.206 per dolar AS. Artinya rupiah sudah melesat lebih dari Rp1.206 dari asumsi APBN.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN Kita terakhir pada 2024, Rabu (11/12/2024), menyebutkan bahwa nilai tukar yang melemah ini akibat masih dibayangi volatilitas pasar global.
“Potensi risiko dinamika pasar keuangan global bagi rupiah dan yield SBN perlu terus diwaspadai,” ujarnya.
Sebelumnya, Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Yusuf Rendy Manilet melihat bahwa pada dasarnya beberapa asumsi makro tersebut memiliki karakteristik ataupun sensitifitas yang berbeda untuk penerimaan dan juga belanja.
Misalnya rupiah yang melemah jauh dari target awal dapat mempengaruhi potensi penerimaan negara yang relatif lebih besar. Namun, hal tersebut sensitif terhadap belanja negara yang akan naik lebih tinggi.
Kondisi asumsi makro untuk nilai tukar rupiah dapat dilihat pada angka untuk pertumbuhan realisasi APBN, yang mana pendapatan negara pertumbuhannya relatif kecil sebesar 1,29% dan belanja negara pertumbuhannya relatif besar 15,29%.
“Jika tren ini kemudian berlanjut terutama untuk bulan terakhir di bulan Desember maka peluang melebarnya defisit anggaran dibandingkan target yang tercantum akan semakin terbuka,” ujarnya, Selasa (23/12/2024).
Sementara untuk tahun depan, pemerintah menetapkan asumsi dasar ekonomi makro untuk rupiah senilai Rp16.000 per dolar AS.
Target pemerintah tersebut berbeda jauh dengan target Bank Indonesia (BI). Bank Sentral menetapkan target rupiah rata-rata selama 2025 Rp15.285 per dolar AS.
Ekonom Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro menilai kepentingan target rupiah antara pemerintah dan bank sentral jelas berbeda. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter memiliki tugas untuk memberikan kepercayaan ke pasar akan rupiah.
“Kalau Bank Indonesia saja tidak percaya terhadap nilai tukarnya, susah untuk pasar itu percaya,” tuturnya, dikutip pada Selasa (24/12/2024).
Satria berpandangan angka realistis rupiah secara rata-rata pada tahun depan pada rentang Rp15.500 hingga Rp15.800 per dolar AS. Namun, angka tersebut dapat tercapai hanya dengan syarat jika dolar AS melemah.