Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengumumkan outlook pertumbuhan ekonomi 2024 mencapai 5% year on year (YoY) atau lebih rendah dari asumsi APBN sebesar 5,2%.
Sri Mulyani merincikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I /2024 mencapai 5,11%, kuartal II/2024 mencapai 5,05%, kuartal III mencapai 4,95%, dan kuartal IV diestimasikan ada di sekitar 5%.
"Sehingga untuk keseluruhan tahun, growth [pertumbuhan] kita perkirakan masih di 5%," ungkapnya dalam Konferensi Pers APBN Kita di Kantor Kemenkeu, Jakarta Pusat, Senin (6/1/2025).
Baca Juga : Defisit APBN 2024 Capai 2,29%, Ini Rinciannya |
---|
Selain itu, bendahara negara itu juga menjelaskan realisasi nilai tukar rupiah membengkak dari asumsi APBN 2024. Menurutnya, depresiasi nilai tukar rupiah yang cukup siginifikan selama tahun ini memengaruhi belanja.
Sri Mulyani tekanan terhadap kurs rupiah diakibatkan oleh faktor global seperti penahanan Fed Fund Rate dan penguatan dolar Amerika Serikat (AS) sehingga menyebabkan arus modal asing keluar dari pasar keuangan Indonesia.
"Nilai tukar mengalami deviasi dari yang tadi kita asumsikan Rp15.000 per dolar AS, realisasinya di Rp16.162 per dolar AS," jelasnya.
Lebih lanjut, Sri Mulyani mengungkapkan kabar baik datang dari inflasi. Dalam APBN 2024 diasumsikan inflasi mencapai 2,8% YoY, ternyata realisasinya lebih rendah yaitu 1,57% YoY.
Sementara, yield surat berharga negara 10 tahun yang diasumsikan 6,7% dalam APBN 2024, realisasinya lebih tinggi yaitu 7%. Meski lebih tinggi, Sri Mulyani meyakini pembiayaan tetap aman dan terkendali.
Asumsi dasar lain yaitu lifting minyak, yang awalnya dalam APBN 2024 ditargetkan 635.000 BPH, realisasinya masih 571.700 BPH per November 2024. Begitu juga lifting gas yang dalam APBN 2024 ditargetkan 1.033 ribu BSMPH, tetapi realisasinya masih 973.000 BSMPH per November 2024.