Bisnis.com, BEIJING – Data ekspor dan impor China dalam dolar AS melemah pada Juni 2016 akibat lunaknya permintaan domestik dan luar negeri yang terus membebani negara dengan perdagangan terbesar di dunia tersebut.
Menurut laporan pemerintah China hari ini (Rabu, 13/7/2016), seperti dilansir Bloomberg, ekspor negara tersebut dalam dolar AS drop 4,8% dibanding setahun sebelumnya, sementara kinerja impor jatuh 8,4%. Surplus perdagangan sedikit tergelincir menjadi US$48,11 miliar.
Di sisi lain, performa ekspor dan impor dalam yuan terlihat lebih baik, dengan pengiriman keluar yang dapat meraih sedikit kenaikan. Hal ini mencerminkan pengaruh dari melemahnya nilai mata uang yuan.
Ekspor China dalam yuan menguat 1,3% dibanding setahun sebelumnya, sementara kinerja impor turun 2,3% menghasilkan surplus perdagangan senilai US$46,5 miliar.
Nilai tukar mata uang yuan terhadap dolar AS membukukan pelemahan kelima berturut-turut pekan lalu, rentetan pelemahan terpanjang tahun ini.
Dengan permintaan global yang cenderung biasa-biasa saja dan tingkat investasi bisnis yang rendah, pemerintah China telah meningkatkan belanjanya demi menjaga target pertumbuhan minimal 6,5% tahun ini.
"Dengan sedikit dukungan dari permintaan global, China akan dibatasi untuk mempertahankan bias pelonggaran kebijakan dalam negeri. Pelemahan yuan telah meningkatkan daya saing dan mencegah penurunan tajam pada penjualan di luar negeri. Meskipun begitu, dalam waktu dekat, bank sentral mungkin akan terpaksa bersandar pada tekanan depresiasi berlebihan. Risiko goncangan susulan Brexit menambah kesuraman pada prospek ekspor," papar Tom Orlik dan Fielding Chen, Ekonom Bloomberg Intelligence dalam risetnya.
Ekspor ke AS dan Brazil masing-masing melemah 10,4% dan 21,5%. Sementara, impor dari Kanada dan AS masing-masing jatuh 44,6% dan 12,7%.