Bisnis.com, JAKARTA — Momen Pemilihan Kepala Daerah atau Pilkada yang berlangsung pada hari ini, Selasa (27/11/2024), diyakini tetap mendorong pertumbuhan ekonomi walaupun tidak akan signifikan.
Pemerintah sendiri mematok pertumbuhan ekonomi 2024 sebesar 5,1%—usai dipangkas dari target awal 5,2%. Sementara realisasinya sepanjang Januari hingga September, ekonomi tercatat tumbuh sebesar 5,03% dari periode yang sama tahun lalu.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal melihat dampak Pilkada yang lebih terbatas ketimbang ajang Pemilihan Presiden (Pilpres) yang berlangsung pada awal tahun ini.
“Waluapun dilakukan serempak, tetapi secara agregat tidak melebihi dampak Pilpres,” ujarnya, Rabu (27/11/2024).
Faisal menilai hanya ekonomi di segelintir daerah yang terdampak signfikan dari ajang Pilkada tersebut.
Sekalipun saat kampanye para calon kepala daerah membagikan bantuan sosial (bansos), efeknya terhadap dorongan pertumbuhan ekonomi tidak akan besar.
Baca Juga
Belanja yang diharapkan akan menopang ekonomi pada kuartal terakhir tahun ini, yakni belanja pemerintah.
Sementara konsumsi dari Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT)—seperti Ormas maupun LSM yang umumnya tumbuh pesat di masa pencoblosan—juga diharapkan dapat membantu meningkatkan ekonomi.
Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi akan tertahan oleh konsumsi rumah tangga yang terbatas meski pemerintah menetapkan hari ini, Rabu (27/11/2024), sebagai hari libur. Terlebih, sederet perusahaan telah mengirimkan upah bulanan kepada karyawannya.
“Namun tidak semua orang serempak gajiannya. Apalagi, sekarang terjadi perlambatan konsumsi di kelas menengah, sehingga dampaknya ke ekonomi tidak terlalu besar,” lanjut Faisal.
Faisal memperkirakan pada kuartal IV/2024, ekonomi hanya akan mampu tumbuh di level 4,96% year on year(YoY) atau tumbuh tipis dari realisasi kuartal III/2024 yang sebesar 4,95%.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melihat dengan perkembangan perekonomian terkini, prediksi pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun 2024 sebesar 5,1% YoY.
Bendahara negara itu menjelaskan keyakinan tersebut berdasarkan perkembangan konsumsi rumah tangga yang masih terjaga secara positif khususnya kelas menengah atas sehingga diyakini akan mendorong aktifitas manufaktur dan perdagangan.