Bisnis.com, JAKARTA - Bermacam-macam jenis biskuit dan cookies dalam kaleng. Berbotol-botol sirup dan minyak goreng dalam kemasan plastik saling berdesakan. Bertumpuk-tumpuk, menggunung setinggi dada yang membawa.
Hampir setiap tiga hari sekali saya belanja sebanyak ini, kata Ramdan yang ditemui di dekat meja kasir satu super market di kawasan Depok.
Buat sendiri..?
Bukan. Ini barang dagangan, katanya.
Buka warung...?
Iya. Warung on line.
Hah...bagaimana caranya?
Saya belanja berdasarkan pesanan dari TKI di Hong Kong, Singapura, terkadang dari Taiwan. Kemudian pesanan itu dikirim ke keluarganya di Jawa Tengah atau Jawa Timur.
Ramdan (35) dan istrinya, Nita (34), telah menjalani bisnis dengan segmen yang langka ini selama 4 tahun terakhir. Keduanya tidak mengenal atau bertatap muka dengan pemesan maupun penerima barang.
Pemesan mengirim daftar barang lewat SMS atau Whats Apps. Setelah tercapai kesepakatan harga barang dan ongkos kirim, pemesan mengirim uang. Kemudian Ramdan berbelanja dan mengirim barang melalui perusahaan jasa pengiriman. Benar-benar atas dasar saling percaya, ujarnya.
Bisnis ini dimulai dengan memanfaatkan teknologi informasi. Kami mem-posting. Nita Shop Dapur Cantik, yang melakoni segala pesanan di media online. Tak disangka pemesanan berdatangan dari TKI di mancanegara. Mulanya satu dua, makin lama pesanan makin banyak dan ajeg. Pesanan membanjir karena perbincangan antar TKI di negara penempatan.
Pesan Springbed
Para TKI memesan. Saya lalu memberitahu harganya sekaligus ongkos kirim barang. Jenis barang yang dipesan macam-macam, mulai dari spring bed, kulkas, meja, lemari, kipas angin, kompor gas, lemari es, blender sampai kue-kue, ujar Ramdan.
Sebenarnya membeli melalui media on line ini jauh lebih mahal karena disertai ongkos kirim dan uang jasa untuk Ramdan. Apalagi barang-barang yang dipesan sudah jamak di kota-kota kecil, seperti Nganjuk, Pacitan, Ponorogo. Apa yang menjadi alasan TKI untuk memesan?
Dia menduga TKI pernah kecewa. Mereka mengirim uang kepada keluarga, namun tidak dibelikan. Ada pula yang bertujuan sekedar memberi kejutan. Mbak Yayuk belum muncul, tetapi biskuit sudah datang.
Ramdan, dilahirkan di desa Bendul, Purwakarta tahun 1981 kompak bersama istrinya Denita Listiani, lulusan SMK Purnama, Jakarta Selatan mendirikan Nita Dapur Cantik Shop. Jujur saja, ini gagasan istri saya, ujar Ramdan lulusan SMK Yaskitek Purwakarta.
Menjelang Hari benar Raya Iedul Fitri ini, dia dan istrinya benar-benar sibuk. Setiap hari, mengirim 200-250 paket ke kantong-kantong TKI di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat. Yang paling banyak ke Kendal, Cilacap, Grobogan, Ngawi, Ponorogo, Indramayu, Subang dan Lampung.
Dadan Muhammad Ramdan, yang tinggal di Citayam, Depok bertekad akan terus melanjutkan bisnis on line ini, sekalipun sudah makin banyak pesaing. Dia percaya akan langgeng karena berhasil merebut hati ratusan TKI. Tambahan lagi kesejahteraan keluarganya juga makin membaik dari waktu ke waktu.