Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PASAR CPO: Senegal Butuh 150 Juta Ton dan Penyulingan

Senegal mengundang Indonesia untuk membangun pabrik penyulingan kelapa sawit mengingat Senegal memiliki kebutuhan minyak sawit sebesar 150 juta ton per tahun, yang seluruhnya diimpor dari berbagai negara termasuk Indonesia.
Pabrik CPO/Antara
Pabrik CPO/Antara

Bisnis.com, LONDON -  Senegal mengundang Indonesia untuk membangun pabrik penyulingan kelapa sawit mengingat Senegal memiliki kebutuhan minyak sawit sebesar 150 juta ton per tahun, yang seluruhnya diimpor dari berbagai negara termasuk Indonesia.

Hal itu disampaikan Menteri Perdagangan, Sektor Informal, Konsumsi dan Promosi Produk Lokal dan UKM Senegal, Alioune Sarr, saat menerima Duta Besar RI Dakar, Mansyur Pangeran, dalam rangka menjajaki peluang kerja sama untuk meningkatkan hubungan bilateral Indonesia-Senegal di bidang ekonomi, khususnya di sektor perdagangan dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).

Dalam pertemuan tersebut, Dubes Mansyur Pangeran, kepada Antara London, Senin (27/6/2016) menyebutkan hubungan dan kerja sama ekonomi Indonesia-Senegal memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Selain latar belakang hubungan bilateral kedua negara yang sudah berjalan baik, hubungan keduanya ditandai dengan intensnya aktivitas ekspor-impor yang dilakukan pengusaha dari kedua negara.

Dia mengatakan  saat ini Indonesia mengekspor antara lain, produk kelapa sawit beserta turunannya, tekstil, furnitur, deterjen dan produk makanan minuman ke Senegal, sementara, Senegal mengekspor antara lain, kacang tanah, kacang mete, kapas dan ikan beku ke Indonesia.

Sementara itu Menteri Alioune Sarr menyampaikan Pemerintah Senegal sedang membangun kawasan industri di Kota Diamniadio sekitar 40 Km dari ibu kota Dakar dan berharap Indonesia dapat memanfaatkan kesempatan tersebut sebagai peluang melakukan investasi dengan mendirikan industri di kawasan tersebut.

Dia mengatakan  salah satu industri yang dibutuhkan Senegal adalah industri penyulingan kelapa sawit. Senegal memiliki kebutuhan minyak sawit sebesar 150 juta ton per tahun, yang seluruhnya diimpor dari berbagai negara termasuk Indonesia. Selain itu, industri lainnya di sektor pertambangan, seperti phosphate, titanium, platinium dan bijih besi serta produksi kacang-kacangan juga merupakan produk potensial untuk dijajaki.

Pada kesempatan itu Menteri Alioune Sarr mengharapkan Indonesia berpartisipasi pada Foire Internationale de Dakar (FIDAK) ke-25 pada Desember 2016. Disampaikannya hubungan bilateral antara Indonesia-Senegal yang berjalan dengan baik masih perlu ditingkatkan. Dalam kaitan ini, Menteri Alioune Sarr menyampaikan Senegal sebagai anggota Economic Community of West African States (ECOWAS) dengan penduduk lebih dari 335 juta orang merupakan pasar potensial bagi produk-produk Indonesia. Selain itu, Senegal juga dapat dijadikan sebagai entry point untuk distribusi berbagai produk perdagangan ke negara-negara anggota ECOWAS lainnya.

Menteri Alioune Sarr menilai sektor UKM Indonesia sudah sangat maju dibandingkan dengan Senegal. Oleh karena itu, Menteri Alioune Sarr juga meminta agar dilakukan kerja sama di sektor UKM yang sedang berkembang pesat. Menteri Alioune Sarr mengharapkan kerja sama tersebut juga dapat berupa pemberian capacity building dan sharing best practices dalam membangun sektor UKM.

Menteri Alioune Sarr dan Dubes Mansyur Pangeran sepakat kerja sama antara para pelaku ekonomi dan pengusaha kedua negara perlu ditingkatkan dengan mengadakan pertemuan dan menghadiri berbagai kegiatan pameran dagang yang diselenggarakan di Indonesia dan Senegal. Dalam hal ini, Dubes mempromosikan Trade Expo Indonesia (TEI) ke-31 di Jakarta pada bulan Oktober 2016.

Pertemuan Dubes dengan beberapa Menteri, Ketua Kadin dan pemuka agama Senegal merupakan kegiatan rutin yang dilakukan dalam rangka meningkatkan hubungan bilateral, terutama di bidang ekonomi, dan mempromosikan berbagai produk unggulan Indonesia untuk dipasarkan di Senegal dan negara-negara akreditasi KBRI Dakar lainnya seperti, Gambia, Mali, Guinea Bissau, Guinea Conakry, Cote Ivoire, Sierra Leone, dan Cabo Verde.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Martin Sihombing
Sumber : ANTARA

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper