Bisnis.com, JAKARTA - Pembangunan jalan tol Trans Jawa yang panjangnya 661 kilometer mulai dari Merak hingga Surabaya ditargetkan akan selesai pada 2018.
Sejauh ini, baru sekitar 30% dari seluruh jaringan jalan tol Trans Jawa yang telah beroperasi.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basoeki Hadimoeljono menilai pembangunan tol di Indonesia lambat, sedangkan jumlah kendaraan semakin meningkat sehingga pembangunan tol terus dikejar.
Dia memperkirakan ruas-ruas tol baru, termasuk tol yang fungsional bisa mengurangi kepadatan lalu lintas hingga 40%.
“Jalan Tol Trans Jawa sekarang sudah sekitar 30-40% yang beroperasi, sisanya sudah under construction,” ujarnya melalui keterangan resmi, Senin (27/06)
Untuk persiapan mudik Lebaran 2016, Menteri Basoeki mengatakan ruas tol yang belum selesai dapat digunakan secara fungsional. Salah satunya ruas tol Bawen—Salatiga. Selain itu, pihaknya juga mengatakan pemerintah tengah mengerjakan jalur selatan seperti ruas Cileunyi—Tasikmalaya—Yogyakarta untuk menampung volume kendaraan.
"Dari Bawen-Salatiga fungsional untuk digunakan, jalan tol ruas tersebut belum selesai karena masih ada pekerjaan pembangunan Jembatan Tuntang," ujar Basuki.
Terkait dengan mudik Lebaran 2016, Basuki menyebutkan ada tiga hal yang perlu diperhatikan. Pertama adalah sarana transportasi yaitu jalan. Kedua adalah manajemen yaitu pengaturan jalan oleh Kementerian Perhubungan serta Polri dan ketiga adalah perilaku pengendara.
Selain membuka jalan tol secara fungsional, hal lain yang dilakukan pemerintah untuk kelancaran arus mudik adalah integrasi sistem pembayaran jalan tol. Saat ini yang akan dilakukan adalah penutupan pintu tol di Palimanan. Jika pintu tol tersebut dibuka, dikhawatirkan penumpukan terjadi di pintu tol Brebes Timur.
"Untuk mempercepat transaksi, sebentar lagi penguna tol diharuskan memiliki e-toll card. Dua tahun ke depan direncanakan tidak ada lagi transaksi di pintu tol karena pembayaran tol akan langsung dipotong dengan sensor e-toll,” ucap Menteri Basuki.
Di sisi lain, dia menyampaikan bahwa tantangan utama dalam pembangunan jalan tol Trans Jawa masih berupa pembebasan lahan masih sulit, terutama di Ruas Ngawi-Kertosono karena ada lahan Perhutani.
“Dengan keterbatasan dana APBN, pembangunan jalan tol pun menggunakan dana talangan dari BUJT (Badan Usaha Jalan Tol),” ujarnya.
Untuk pembangunan jalan tol Trans Jawa sudah terbayar Rp 450 miliar untuk pembebaskan lahan, yang nantinya akan diganti setelah APBN-P keluar senilai dana talangan plus bunga (BI rate). Sementara untuk di Lampung sudah Rp 380 miliar dari dana talangan.