Bisnis.com, JAKARTA – Kepala Kepolisian RI Badrodin Haiti menyatakan pihaknya menemukan indikasi kenaikan harga daging sapi yang cukup tinggi terjadi di tahapan distribusi dari rumah pemotongan hewan (RPH) ke pasar.
Sementara itu, dia mengatakan tahapan harga jual daging dari feedlot (usaha penggemukan sapi) ke rumah pemotongan hewan cenderung tidak ada peningkatan harga yang signifikan.
“Dari feedlot ke jagal [RPH] tidak ada perubahan. Tetapi dari RPH ke pasar yang ada masalah,” katanya saat ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, Senin (6/6/2016).
Saat ini, dia mengatakan pihaknya masih menyelidiki sejumlah komponen distribusi antara RPH ke pasar yang membuat harga daging melambung tinggi.
“Dari jagal ke pasar ini ada beberapa komponen dan titik-titiknya, nah sebetulnya harus diketahui titiknya. Di mana yang terbesar kenaikan harganya,” jelasnya.
Kendati demikian, Badrodin belum bisa memastikan bahwa kenaikan harga daging sapi diakibatkan oleh penyimpangan sejumlah oknum.
Saat ini, dia mengatakan pihaknya terus memantau kenaikan harga pangan untuk mengetahui adakah penyimpangan atau hanya mekanisme pasar biasa.
“Jadi distribusi terus kami pantau,” ujarnya.
Dilansir dari Sistem Pemantauan Pasar Kebutuhan Pokok (SP2KP) Kementerian Perdagangan, harga daging sapi nasional terus meningkat dengan posisi terakhir pada Minggu, (5/6/2016) mencapai Rp115.161/kg.
Harga tersebut naik 3,4% secara month to month, dan naik 6,63% dari year to date atau dari posisi terakhir Desember 2015. Padahal, Presiden Joko Widodo berungkali menyatakan keinginannya agar harga daging sapi dapat diredam di kisaran Rp80.000/kg memasuki masa ramadan ini.
Pemerintah sendiri berencana memasukan daging impor sebanyak 27.400 ton selama periode ramadan sampai hari raya setelahnya untuk menstabilkan harga komoditas itu.