Bisnis.com, MAKASSAR - Pergerakan harga komoditas bahan makanan yang relatif stabil dan bahkan cenderung menurun sepanjang Mei memberikan andil paling tinggi terhadap pembentukan deflasi di Sulawesi Selatan sepanjang Mei 2016.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel, deflasi sebesar 0.03% pada Mei 2016 ikut didukung pula oleh tarif transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yang mencatatkan penurunan indeks sebesar 0,1%.
Kepala BPS Sulsel Nursam Salam mengatakan secara umum pembentukan deflasi sangat dipengaruhi oleh pasokan pangan yang cukup, distribusi yang relatif lancar hingga dampak dari penyesuaian harga bahan bakar oleh pemerintah terhadap aktivitas perekonomian di Sulsel.
"Hasil pertanian Sulsel sejauh ini sangat cukup memenuhi kebutuhan pasar dan permintaan masyarakat, apalagi bulan sebelumnya ada penyesuaian harga BBM," paparnya, Rabu (1/6/2016).
Menurutnya, kondisi tersebut diprediksi masih bisa bertahan pada Juni 2016 atau sepanjang periode Ramadan seiring dengan kecenderungan pasokan komoditas pangan yang terjamin serta kestabilan harga yang diatur pemerintah.
Adapun kelompok bahan makanan atau volatile food di Sulsel pada Mei 2016 mengalami penurunan indeks sebesar 0,64% sehingga membentuk deflasi di daerah tersebut kendati sebagian besar kelompok pengeluaran mengalami inflasi pada Mei.
Sebelumnya, pemerintah provinsi telah menjamin ketersediaan setok pangan maupun kebutuhan pokok sepanjang Ramadan mendatang.
Menurut Kadisperindag Sulsel Hadi Basalamah, kendati terjadi lonjakan permintaan secara signifikan, diprediksi tidak akan memicu kelangkaan komoditas maupun kenaikan harga pada periode Ramadan hingga Lebaran mendatang.
"Selain menjamin pasokan, kita juga intensifkan operasi pasar, pemantauan langsung dan penyelenggaraan pasar murah untuk stabilisasi harga," katanya.
Dia mencontohkan ketersediaan setok komoditas beras di Sulsel saat ini sebanyak 170.000 ton yang diestimasi mampu mememuhi kebutuhan hingga maksimal 20 bulan ke depan.
Kemudian stok gula yang ada di Sulsel juga mencapai 20.000 ton, belum termasuk gula kristal putih yang didistribusikan PT PPI (Persero) melalui pasar murah.
"Daging dan kebutuhan lain juga masih stabil, setoknya juga aman. Kita terus pantau harga dan rutin menggelar rapat dengan asosiasi dan distributor barang. Bahkan surplus bisa kita suplai ke daerah lain di kawasan timur untuk menjaga stabilitas harga," papar Hadi.