Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia diyakini masih kuat menahan terjangan kenaikan Fed Fund Rate yang kemungkinan terjadi pada Juni atau Juli 2016 karena sejumlah indikator ekonomi yang terkendali.
Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo mengatakan inflasi kondisinya terjaga dalam level rendah dan sesuai target tahunan BI di koridor 4%+-1%. Sepanjang Januari-April 2016, inflasi cenderung rendah bahkan April 2016 mengalami deflasi 0,45%.
Selanjutnya, defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) juga menunjukkan tren yang positif. Defisit transaksi berjalan pada kuartal I/2016 tercatat US$4,668 miliar atau 2,14% terhadap PDB atau menurun dari kuartal sebelumnya yang berada di level US$5,1 miliar atau 2,37% terhadap PDB. Penurunan itu disebabkan meningkatnya surplus neraca perdagangan karena impor yang menurun.
"Kita juga melihat bahwa kita memiliki pemerintah yang sangat berkomitmen untuk melakukan reformasi struktural yang membuat iklim investasi di semester kedua akan lebih baik," katanya usai Peluncuran Buku Kajian Stabilitas Keuangan, di Jakarta, Senin (30/5/2016).
BI bakal terus mengawasi kemungkinan keluarnya dana asing. Seperti diketahui, transaksi berjalan yang defisit dibiayai oleh dana dari luar negeri sehingga ketika bank sentral Amerika Serikat menaikkan suku bunga acuannya akan berdampak ke sistem keuangan di dalam negeri.
Agus juga memperkirakan rupiah di kuartal II/2016 yang melemah akan kembali terapresiasi di kuartal III/2016 setelah efek pembayaran kewajiban luar negeri dan dividen oleh korporasi sudah mereda.
"Kita harapkan ini bisa kita hadapi dan memasuki kuartal ketiga ini sudah jauh lebih tenang," ujarnya.