Bisnis.com, BANDUNG - Petani di Kabupaten Bandung membutuhkan 24 juta benih stroberi untuk merevitalisasi perkebunan seluas 600 hektare yang telah rusak sejak tiga tahun silam.
Penasihat Gabungan Kelompok Tani Alam Sari, Kecamatan Rancabali Dede Badru Munir menuturkan dari setiap hektare perkebunan stroberi dibutuhkan sedikitnya 40.000 benih.
Jumlah tersebut dinilai ideal untuk mengembalikan produktivitas stroberi yang sempat anjlok selama tiga tahun terakhir akibat pola penanaman konvensional.
"Apabila ingin memperbaiki perkebunan, tanaman yang lama harus dihancurkan dulu. Lalu diganti dengan benih yang baru. Pembaruan ini butuh 40.000 pohon per hektare," katanya kepada wartawan, Jumat (27/5/2016).
Menurutnya, penggantian benih lama dengan yang baru bakal menghadapi kendala karena petani tidak ingin menghancurkan benih sebelumnya apabila tidak ada jaminan penggantian dari pemerintah daerah.
Di sisi lain, pemda sendiri belum menunjukan komitmennya untuk menjamin program revitalisasi stroberi di seluruh sentra pengembangan seperti Rancabali, Pasir Jambu, dan Ciwidey.
"Sejak tiga tahun lalu tanaman stroberi rusak. Petani di sana masih menanam stroberi dengan teknologi budidaya model lama. Seharusnya dinamis yang disesuaikan dengan kondisi lahan, cuaca dan sebagainya," ujarnya.
Oleh karena itu, Pemkab Bandung seharusnya berperan meninjau secara rutin terhadap kondisi pertanian stroberi di tiga kecamatan tersebut untuk meneliti kondisi lahan, benih dan pupuk setidaknya setahun sekali.
Untuk memenuhi kebutuhan bibit tersebut, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung mengaku akan menyediakan bibit stroberi dari Korea Selatan.
Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung Tisna Umaran mengaku benih yang disediakan sebanyak 1 kg berupa biji.
Akan tetapi, biji-biji tersebut bisa disemaikan menjadi ratusan ribu bibit tanaman stroberi yang akan ditanam di Pasir Jambu, Ciwidey dan Rancabali.
"Teknis berikutnya tanahnya harus diganti dulu dan digantikan media yang baru. Bibit baru ini nantinya ditanam dalam perlindungan green house," jelas Tisna.
Selama ini petani menyimpan bibit stroberi di atas karung berisi tanah tidak pernah berubah sejak lama. Padahal cara tersebut sangat boros perawatan dan rawan terhadap gangguan hama serta cuaca.
"Apabila petani menginginkan hasil yang sempurna, harus ada nilai uang yang dikeluarkan untuk investasi membangun green house yang menjadi tempat tanam campuran sabut kelapa dan arang atau bata."
Pihaknya akan menggencarkan sosialisasi untuk mengubah cara pembudidayaan stroberi langsung di kebun-kebun para petani, agar bisa langsung dipraktikan dan hasilnya diharapkan bisa optimal.