Bisnis.com, JAKARTA--PT Pos Indonesia bersama 4 badan usaha milik negara yakni PT Bhanda Ghara Reksa, PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI), PT Mega Aeltra (Persero) dan PT Sarinah siap mengekspor produk usaha mikro kecil menengah yang dibuat langsung oleh produsen di setiap daerah.
Direktur Utama PT Pos Indonesia Gilarsi Wahyu Setijono menyatakan pihaknya memang berkomitmen untuk membantu program ekspor produk usaha mikro kecil menengah (UMKM) dari setiap daerah. Namun sebelumnya Gilarsi mengaku perlu ada kajian guna memastikan keaslian produk UMKM yang akan dibantu ekspornya.
Namun memang sebelum melakukan kerjasama ekspor dengan UMKM, kita perlu memastikan dulu dengan kajian, apakah produk yang dijual itu langsung dari produsen, ataukah dari reseller? Kami tidak encourage yang dari reseller, tetapi langsung produsen, ungkap Gilarsi kepada Bisnis.com, Senin (2/5/2016).
Gilarsi mengaku sudah melakukan Saat tugasnya sesuai hasil rapat di Bitung, Sulawesi Utara. Pasalnya, komoditas utama yang bisa diolah dari kawasan Bitung adalah kelapa. Maka, pemerintah perlu memastikan bahwa kelapa itu diolah langsung oleh produsen setempat menjadi air kelapa kemasan, atau cinderamata.
Pos, BGR, Sarinah, PPI kami bekerjasama untuk menjual hasil olahan kelapa itu. Nah, sekarang produk turunan kelapa adalah tanggung jawab kementerian teknis melalui pemberdayaan. Apa yang dibutuhkan konsumen dari kelapa? Oh, bisa dijadikan kancing baju dan lainnya, kalau sudah akan di jual melalui Sarinah, jelasnya.
Rencananya, selain menjadi BUMN logistik yang membantu distribusi produk ekspor tingkal lokal, Posindo juga bisa melakukan prospek kerjasama warehouse dengan co-location dari berbagai e-commerce di luar negeri. Secara otomatis produk-produk UMKM tersebut juga bisa dipasarkan melalui Posindo.
Misalnya, Pos sudah punya warehouse dengan Rakuten, Alibaba, nanti produk-produk hasil olahan itu bisa kami dari Pos yang memasarkan, terangnya.
Alumnus Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung ini menilai langkah tersebut akan menekan biaya penjualan produk UMKM di luar negeri yang terlampau mahal. Gilarsi menilai selama ini banyak produk UMKM yang dijual terlampau mahal kepada konsumen akhir karena tingginya biaya yang dipasang oleh pedagang, bukan produsen.
Kalau ini dibantu pembeli bisa dapat harga lebih murah, produsen bisa mendapatkan keuntungan lebih besar, tegasnya.
Berdasarkan rencana, pada Januari 2016 sampai Maret 2016, akan dibentuk tim sinergi untuk proyek tersebut. Sementara pada bulan Maret-April 2016 gabungan lima BUMN juga akan meluncurkan e-commerce untuk produk UMKM.
Sebelumnya, Deputi Menko Bidang Industri dan Perdagangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Edy Putra Irawady menyatakan pihaknya masih mengejar penurunan biaya logistik dengan mengintegrasikan desa dengan kota.
Kami ingin membenahi citra logistik, dengan konsolidator antar BUMN karena pemerintah concern terhadap distribusi yang belum merata karena arus supply kota ke desa lancar sebaliknya dari desa ke kota tersendat, kata Edy.
Dia mengatakan, pencapaian Sislognas untuk membangun konektivitas desa-kota tidak hanya dengan cara mengumpulkan produk desa untuk dijual melalui ekspor oleh tim konsolidator dari BUMN. Adapun cara lainnya juga dengan kereta api terintegrasi pelabuhan, dan juga pembiayaan untuk mendorong kemajuan perusahan-perusahaan di desa.
Kami fokus ke wilayah Timur karena mereka sangat terdampak dengan distorsi dari pusat, yakni Jakarta. Maka saya ingin supply bisa langsung ke Timur sehingga hub-nya nanti di Bitung. Supaya hidup Maluku sampai Papua menjadi satu hub supaya tidak menghadapi beban distorsi ekonomi, ungkap Edy.