Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kadin: AS Berkepentingan Indonesia Tidak Tanam Kedelai

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memprediksi negara-negara produsen komoditas pertanian akan terus menggunakan segala cara untuk mempertahankan penguasaan pasar di negara sasaran ekspor.
Kedelai/Bisnis.com
Kedelai/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memprediksi negara-negara produsen komoditas pertanian akan terus menggunakan segala cara untuk mempertahankan penguasaan pasar di negara sasaran ekspor.

Ketua Komite Tetap Pengembangan Perdagangan Kadin Safari Azis mengatakan Indonesia sebagai salah satu negara penghasil produk agribisnis juga berhak melakukan langkah serupa. Saat ini, salah satu komoditas andalan Indonesia adalah rumput laut.

“Amerika Serikat berupaya Indonesia tidak tanam kedelai supaya kedelai mereka masuk terus. Kita juga berupaya agar negara lain tidak tanam rumput laut demi kemaslahatan pembudi daya di pesisir dan pulau-pulau,” tuturnya dalam acara penandatanganan nota kesepahaman antara Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) dan China Algae Industry Association (CAIA) di Menara Kadin, Jakarta, Kamis (28/4/2016).

Indonesia, ujar Safari, merupakan negara pengekspor rumput laut kering terbesar di dunia. Posisi tersebut dapat diraih meski lahan budi daya rumput laut baru termanfaatkan sekitar 30%.

“Rumput laut adalah primadona kita dan tidak ada tandingannya. Kalau baru 30% lahan saja sudah nomor satu dunia apalagi kalau 100%. Itulah keunggulan komparatif kita,” ujar Safari yang juga Ketua Umum ARLI ini.

Dalam kesempatan tersebut, ARLI-CAIA menandatangani nota kesepahaman yang berisi tiga bentuk kerja sama. Pertama, di sektor hulu  akan dibentuk tim riset bersama yang dipimpin oleh Ocean University of China. Riset tersebut a.l berupa penelitian prospek rumput laut di luar Eucheuma cottonii dan Gracilaria sp, serta pengembangan metode budi daya yang lebih efisien dan ekonomis.

Kedua, penguatan jaringan untuk membangun pasar lebih besar di China, AS,dan Eropa. Ketiga, pembangunan industri hulu dan hilir terintegrasi bernama Indonesia-China Seaweed Industrial Park.

Pada 2015, produksi rumput laut (basah) Indonesia mencapai 10,34 juta ton, naik dari angka 10,2 juta ton di tahun sebelumnya. Tahun lalu, volume ekspor rumput laut kering menyentuh 239.392 ton, naik dari angka 206.452 ton pada 2014.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor rumput laut kering Indonesia ke China pada 2015 sebanyak 151.770 ton senilai US$112,67 juta. Nilai ekspor turun dari tahun sebelumnya yang mencapai US$163 juta berkat pengiriman 150.855 ton rumput laut kering.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper