Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan pesat dalam 15 tahun terakhir mendorong China menjadi produsen manufaktur terbesar dunia melewati Amerika Serikat dan Jepang.
Data United Nations Industrial Development Organization (UNIDO), badan PBB untuk pembangunan industri, menyatakan nilai tambah (value added) industri manufaktur China mencapai US$2,84 triliun pada 2015.
Pabrik-pabrik di China memproduksi 23,84% dari total nilai tambah industri manufaktur dunia yang sebesar US$11,91 triliun. Nilai tambah industri manufaktur China naik 4,5 kali lipat dalam 15 tahun terakhir atau sekitar 351,94%.
“Negara maju terpukul di saat negara berkembang terus tumbuh melalui perdagangan berbasis komoditas, aliran modal masuk dan remitansi,” kata Shyam Upadhyaya, Kepala Statistik UNIDO, Kamis (21/4/2016).
China bergerak ke posisi puncak dalam daftar negara industri manufaktur paling besar melewati Jepang dan Amerika Serikat. Nilai tambah manufaktur Amerika Serikat hanya naik 21,98% dalam 15 tahun terakhir, sedangkan industri manufaktur Jepang hanya naik 19,38%.
Pergeseran tersebut, menurut Upadhyaya, merupakan dampak dari pertumbuhan sektor-sektor jasa di negara maju. Kenaikan pendapatan penduduk negara maju membuat porsi industri jasa meningkat di negara maju dan mendorong industri manufaktur pindah ke negara berkembang yang memiliki tingkat upah lebih rendah.
““Negara maju terpukul di saat negara berkembang terus tumbuh melalui perdagangan berbasis komoditas, aliran modal masuk dan remitansi,” kata Upadhyaya.
(Nilai Tambah Industri Manufaktur) Manufacturing Value Added 2015
No. | Negara | Nilai Tambah Manufaktur (US$) | Porsi Atas Nilai Tambah Manufaktur Dunia |
1 | China | 2.838.691.500.000 | 23,84% |
2 | Amerika Serikat | 1.969.028.700.000 | 16,54% |
3 | Jepang | 1.063.028.400.000 | 8,93% |
4 | Jerman | 758.993.292.695 | 6,37% |
5 | Korea Selatan | 368.159.711.723 | 3,09% |
Sumber: United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) MVA Database