Bisnis.com, JAKARTA--Bank Indonesia melaporkan posisi utang luar negeri tumbuh 3,7% menjadi US$311,5 miliar pada Februari 2016.
Berdasarkan kelompok peminjam, utang sektor swasta turun 0,7% (yoy) sehingga menjadi US$164,6 miliar atau sekitar 52,8% dari total utang luar negeri pada akhir Februari 2016.
Di sisi lain, utang sektor publik meningkat 9,0% (yoy) sehingga posisinya pada akhir Februari 2016 menjadi sebesar US$146,9 miliar.
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk David Sumual menilai pemerintah harus menjadi lokomotif di saat swasta tak bisa memacu geliat ekonomi karena perlambatan yang terjadi dalam skala global.
Utang luar negeri oleh pemerintah yang meningkat mengindikasikan belanja pemerintah yang kuat sehingga mendorong sentimen positif bagi kalangan bisnis untuk melakukan ekspansi.
"Ini yang diharapkan. Jadi pemerintah bisa jadi lokomotif di kala memang serapannya masih wait and see. Sementara itu, yang terjadi di swasta sama seperti di negara lain karena ekonomi global sedang lesu," jelasnya, di Jakarta, Senin (18/4/2016).
Menurutnya, Indonesia termasuk negara emerging market yang memiliki rasio utang terhadap produk domestik bruto pada level aman. Saat ini, rasio utang masih pada kisaran 25% terhadap PDB. Dia menyebutkan utang luar negeri masih aman sampai batas 40% terhadap PDB.
Pada semester dua, dia memperkirakan kegiatan ekspansi swasta akan mulai tumbuh. Hal ini dipengaruhi oleh suku bunga yang diprediksi mencapai titik terendah memasuki kuartal ketiga.
"Ketika suku bunga bottom, proyek-proyek mulai berjalan seperti konstruksi, properti, pembangunan pabrik, karena mau cari suku bunga di bottom, di level terendah," ucapnya.