Bisnis.com, JAKARTA - Produsen kosmetik mengklaim penerapan cukai plastik akan memukul industri kosmetik nasional yang pasarnya saat ini mencapai Rp60 triliun per tahun.
Ketua Persatuan Perusahaan Kosmetik Indonesia (Perkosmi) Nurhayati Subakat mengatakan penerapan cukai bagi plastik bisa membuat harga kosmetik melonjak.
“Itu sih berat, kami 100% menolak. Itu bisa membuat barang kita jadi mahal sekali,” katanya usai bertemu dengan Menteri Perindustrian Saleh Husin, pekan lalu.
Dia menjelaskan setengah atau lebih dari biaya produksi kosmetik dihabiskan untuk kemasan plastik. Penerapan cukai bagi plastik akan mendongkrak harga kemasan yang terpaksa dibebankan ke harga produk akhir.
Nurhayati menilai alasan pemerintah menekan konsumsi plastik menggunakan cukai juga sulit diterima karena saat ini tidak ada alternatif bahan baku kemasan di luar plastik.
Konsumsi plastik di Indonesia juga masih kecil dibandingkan negara lain yang tidak tidak menerapkan cukai plastik. Indonesia menggunakan sekitar 12 kilogram plastik per kapita dibandingkan dengan konsumsi Malaysia yang sebanyak 40 kilogram per kapita atau Amerika Serikat dan Eropa yang mencapai 100 kilogram per kapita.
“Plastik kan enggak ada subtitusinya, pakai kertas enggak mungkin, nanti juga hutannya gundul. Selain itu, ini bisa mendorong banyak produk ilegal yang tidak membayar cukai,” kata Nurhayati.
Kementerian Keuangan menyatakan cukai untuk kemasan plastik akan disertakan dalam pengajuan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Perubahan 2016.
Kebijakan tersebut bertujuan melestarikan lingkungan sesuai dengan fungsi cukai yaitu mengurangi penggunaan barang yang memberikan dampak negatif untuk lingkungan dan kesehatan.
Perkosmi adalah asosiasi yang menaungi sekitar 300 perusahaan produsen kosmetik dan produsen toiletteries seperti sampo dan sabun yang memasarkan produknya di Indonesia. Omzet industri kosmetik dan perlengkapan mandi diperkirakan mencapai Rp60 triliun per tahun.
“Pada kuartal I tahun ini kami bisa tumbuh lebih dari dua digit. Ini lebih baik dari tahun lalu, beberapa produsen ada yang tumbuh di bawah dua digit,” kata Nurhayati.