Bisnis.com, JAKARTA—Bank Indonesia melaporkan pada Februari 2016 pertumbuhan penjualan eceran menurun 3% atau melambat pada posisi 9,9%, sementara pada Januari 2016 pertumbuhan mencapai 12,9%.
BI menilai perlambatan itu terjadi pada penjualan beberapa kelompok komoditas dengan produk sandang sebagai penyumbang terbesar.
Produk sandang yang masuk dalam penjualan kelompok barang lainnya itu mengalami konstraksi sebesar 9,7%, atau lebih rendah 6,5% dari bulan sebelumnya
“Secara regional, pada Februari 2016 pertumbuhan tahunan indeks penjualan riil tertinggi terjadi di kota Bandung sebesar 27,6% (yoy), diikuti kota Medan dan terendah di Banjarmasin,” tulis rilis BI, Selasa (12/4/2016).
BI juga memperkirakan penjualan eceran pada Maret 2016 masih tumbuh melambat sebesar 9,6%. Perlambatan terbesar diperkirakan terjadi di penjualan komoditas peralatan informasi dan komunikasi. Penjualan komoditas BBM diprediksi terkontraksi 16%.
Sementara itu, survei BI juga mengindikasikan tekanan kenaikan harga akan terjadi pada Mei 2016. Setelah itu, menurunnya tekanan kenaikan harga terjadi pada Agustus 2016 seiring dengan kembali normalnya permintaan masyarakat setelah perayaan Idul Fitri.
Sebelumnya, Firmanzah, Ekonom Universitas Paramadina mencermati kegiatan ekonomi pada kuartal I/2016 relatif membaik dibandingkan sebelumnya. Hal ini tercermin dari penyerapan anggaran pemerintah dan kegiatan investasi infrastruktur yang lelangnya sudah dilakukan menjelang akhir tahun lalu.
Namun, beberapa indikator masih menunjukkan pelemahan walaupun sedikit lebih baik dibanding kuartal I/2016. Dia menyebutkan belanja retail belum memperlihatkan tendensi yang positif.
"Tapi sudah ada upaya untuk mendorong konsumsi masyarakat. Ada juga penurunan BI Rate, suku bunga kredit juga turun. Ini efeknya akan terasa di kuartal dua," ucapnya.
Kuartal II/2016 akan semakin terasa peningkatan kegiatan usaha karena menjelang puasa dan Idul Fitri terjadi kenaikan permintaan domestik yang tinggi.
Permintaan itu bakal terjadi pada sektor tekstil dan turunannya, barang-barang konsumsi (consumer goods), komunikasi, logistik, transportasi, dan otomotif. Namun, secara siklus mesti diperhatikan sebab setelah momen Idul Fitri bakal ada penurunan permintaan.
"Realisasi belanja pemerintah mengkompensasi penurunan permintaan masyarakat setelah Lebaran," katanya.