Bisnis.com, JAKARTA- Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) mendorong masyarakat Nusa Tenggara Barat (NTB) meninggalkan sektor asisten rumah tangga saat bekerja di luar negeri.
Nusron Wahid, Kepala BNP2TKI, mengatakan hampir 10% dari total penduduk NTB bekerja di luar negeri. Sayangnya sebagian besar TKI asal NTB belum memiliki keterampilan, dan hanya bekerja di sektor nonformal dengan gaji yang kecil.
“TKI harus lebih terampil, harus dapat berbahasa Inggris, dan memiliki keahlian khusus,” katanya melalui keterangan resminya di Jakarta, Selasa (5/4/2016).
Nurdin menuturkan sektor perawat, pariwisata, dan manufaktur di luar negeri sebenarnya memiliki potensi untuk dimasuki oleh TKI. Untuk itu, pihaknya akan terus melakukan pelatihan, agar TKI dapat bekerja di sektor formal dan memiliki badan hukum.
Menurutnya, saat ini Pemerintah juga telah menutup akses TKI yang ingin bekerja di sektor nonformal. Sebagai gantinya, pemerintah akan terus meningkatkan pelatihan di sektor perawat, cargiver, pariwisata, dan manufaktur yang memiliki perlindungan terhadap TKI lebih baik.
Hingga kini setidaknya ada 864.000 orang tenaga perawat di dalam negeri, dan baru sekitar 264.000 orang yang sudah bekerja. Padahal, permintaan tenaga perawat di luar negeri mencapai 16.000 orang setiap tahunnya.
“Saya sudah meminta agar tenaga perawat di Indonesia menguasai bahasa Inggris, sehingga dapat mengisi peluang kerja di luar negeri. Jangan hanya bermimpi menjadi asisten rumah tangga,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Nusron juga mewanti-wanti masyarakat yang tidak dapat berbahasa Inggris tidak bekerja di luar negeri. Apalagi, sekitar 58% TKI yang ada saat ini hanya lulusan sekolah dasar dan sekolah menengah pertama.