Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tiga Pungutan Ini Menambah Tekanan Industri Baja di Inggris

Krisis yang terjadi pada industri baja di Inggris telah diperparah oleh rencana penjualan pabrik Tata Steel di Port Talbot, South Wales.
industri baja/Ilustrasi
industri baja/Ilustrasi

Bisnis.com. LONDON - Krisis yang terjadi pada industri baja di Inggris telah diperparah oleh rencana penjualan pabrik Tata Steel di Port Talbot, South Wales. Hal tersebut belum termasuk pembebanan pajak industri hijau sebagai komitmen pemerintah untuk kebersihan lingkungan.

Penasihat senior energi dan lingkungan untuk organisasi manufaktur Eropa EEF Richard Warren mengatakan ketiga pungutan tersebut adalah carbon price floor, kewajiban penggunaan energi terbarukan, dan feed-in tariff.

Namun, pembebanan pungutan tersebut menggelembungkan biaya operasional industri sekitar 34 pounds atau US$43 per megawatt tahun ini, katanya seperti dikutip Bloomberg pada Sabtu (2/4/2016).

Listrik adalah beban biaya tertinggi yang dipikul industri baja. Menurut data EEF, ketujuh pabrik di Inggris menggunakan 3,2 juta megawatt per jam pada 2014. Guna menjaga kinerja industri di negaranya, Perdana Menteri David Cameron tengah mempertimbangkan untuk mengurangi dampak pungutan tersebut terhadap industri.

Departemen Energi dan Perubahan Iklim tengah mengemukakan rencana untuk membebaskan industri baja dari pungutan tersebut. Namun, jika hal itu dilakukan akan mengurangi pendapatan pajak 390 juta pounds per tahun, khususnya untuk pungutan kewajiban energi terbarukan dan feed-in tariff.

Kedua pungutan tersebut membuat industri di Inggris harus mambayar dengan ongkos di atas harga pasar. Industri di Inggris membayar 0,13 euro atau US$0,15 kilowatt per jam, lebih tinggi daripada rerata pemakaian di Eropa, yaitu 0,12 kilowatt per jam.

Lain halnya dengan Jerman yang memberikan kompensasi bagi industrinya. Bahkan telah membayarkan beban industri hijau sebesar 70%. Mulai 2017 perusahaan yang berkomitmen pada energi terbarukan akan dibebaskan dari pungutan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper