Bisnis.com, JAKARTA--Bank Indonesia menyatakan inflasi harus bisa terjaga pada level 4,5% (year-on-year) sehingga sesuai target perhitungan BI yaitu 4% +- 1%, sedangkan pemerintah dalam APBN 2016 menginginkan inflasi tahunan pada level 4,7%
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan capaian target itu harus dilakukan bersama dari sektor moneter dan upaya pemerintah pusat serta pemerintah daerah untuk memastikan distribusi lancar dan ketersediaan barang terjamin.
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka inflasi Maret 2016 sebesar 0,19% (month-to-month). Ini mencatatkan angka tertinggi pada periode yang sama selama dua tahun terakhir atau sejak 2014. Sementara itu, secara tahunan, inflasi Maret 2016 mencapai 4,45%.
"Kalau survei BI, angka month to month-nya sedikit diatas sedikit di atas angka realisasi. Maka dari itu memang kita perlu waspadai angka month to month ini karena kenaikannya itu biasanya disebabkan volatile food seperti cabai dan bawang," katanya, di Kompleks Gedung BI, Jakarta, Jumat (1/4/2016).
Menurutnya, inflasi yang tinggi di bahan pangan masih disebabkan persoalan yang sama yakni distribusi dan produksi. Dia berharap ke depan hal ini bisa di atasi apalagi menjelang bulan puasa yang jauh pada Juni 2016 dan hari raya Idul Fitri pada awal Juli 2016.
"Kita mau masuk bulan puasa Juni nanti. panen kita sudah lewat, masa panen padinya, ya," ujarnya.
Data dari BPS menyebutkan cabai merah mengalami kenaikan 20,37% sehingga menyumbangkan inflasi 0,13%. Cabai rawit yang naik 31,52% juga menyuntikkan inflasi 0,05%. Selain itu, emas perhiasan dan bawang putih memberikan andil pada inflasi sebesar masing-masing 0,03% dan 0,02% dengan kenaikan harga masing-masing 2,46% dan 8,46%.