Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan permintaan pakaian dan akesori melalui e-commerce justru membuat industri garmen dalam negeri tertekan.
Ketua Harian Asosiasi Pemasok Garmen dan Aksesori Indonesia Suryadi Sasmita mengatakan perusahaan produsen garmen merasakan penurunan produksi sekitar 10% pada kuartal I/2015.
Produksi pabrik-pabrik garmen domestik dalam tiga bulan terakhir merosot mengikuti penurunan permintaan dari peritel di Tanah Air. Produsen juga belum meningkatkan pembelian bahan baku mengantisipasi kenaikan permintaan di periode Ramadan dan Lebaran.
“Stok kami masih banyak. Kami tidak berani menaikkan produksi, bahkan mendekati Lebaran. Permintaan dari peritel masih rendah,” katanya kepada Bisnis, Jumat (1/4/2016).
Dia memaparkan kecenderungan konsumen memilih belanja pakaian melalui situs e-commerce justru membuat industri pakaian jadi dalam negeri tertekan.
Transaksi belanja online, menurutnya, tumbuh hingga 30% dalam setahun terakhir. Di sisi lain, peritel tradisional hanya tumbuh 10% dalam periode yang sama.
“Barang-barang di online itu kebanyakan kan impor. Mereka jual dengan harga murah. Produksi garmen lokal justru jarang,” jelas Suryadi.