Bisnis.com, SEMARANG - Pembangunan Hotel Tentrem di Semarang Jawa Tengah yang menggabungkan apartemen, hotel dan mal menelan investasi senilai Rp1,45 triliun.
Direktur Utama Hotel Tentrem David Hidayat memaparkan konsep hotel di Semarang hampir mirip dengan Hotel Tentrem di Yogyakarta. Di Semarang akan ada hotel, mall, dan apartemen. Dengan rincian dua bangunan 18 lantai. Hotel berkapasitas 200 kamar, apartemen ada 80 kamar, dan mal tidak luas dengan konsep lifestyle seperti ada restauran dan bioskop.
Adapun, investasi hotel secara keseluruhan mencapai Rp1,45 tiliun yang dipergunakan untuk investasi tanah senilai Rp450 miliar, sedangkan nilai investasi bangunan sekitar Rp1 triliun. Luasan lahan bangunan hotel yang merupakan anak usaha dari PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) sekitar 4.000 meter persegi, dan ketinggian bangunan 76 m2. “Segmen pasar kami untuk menengah ke atas dengan hotel bintang lima," ujarnya, Selasa (29/3/2016).
Dia mengakui proses pembangunan hotel sempat berhenti satu tahun lebih lantaran dalam proses atau mengurus perizinan. Padahal, pembangunan hotel tersebut sudah direncanakan sekitar dua tahun lalu.
Pembangunan hotel itu, katanya, mengedepankan keamanan, kebersihan, dan menggunakan pekerja yang mengantongi ISO sehingga harapannya zero accident. “Kami akan menggunakan boor pail yang aman tidak membuat roboh bangunan yang ada disampingnya. Kami kerjakan sesuai langkah-langkah yang tepat sehingga tidak perlu khawatir,” ujarnya.
Pihaknya berjanji tetap menyediakan jalan untuk umum dengan memperlebar jalan umum yang sudah ada di lokasi tersebut menjadi 10 meter yang sebelumnya hanya seluas 6 meter. Disamping itu, pihaknya berkomitmen membuat jalan 8 meter sisi kiri dan 8 meter sisi kanan untuk akses jalan warga sekitar. Untuk mencegah terjadinya penyusutan air tanah, ujarnya, manajemen akan memberikan air bersih dari PDAM.
M Farchan, Kepala Bidang Perencanaan Pembangunan Bappeda Kota Semarang mengatakan pembangunan hotel itu bisa menjadi ikon baru di Kota Semarang guna memajukan sektor perdagangan dan jasa.
“Harapannya akan menjadi landmark baru di Kota Semarang yang dapat mendorong dalam menumbuhkan, iklim bisnis dan ekonomi di Kota Semarang,” terangnya.
Dari data Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Tengah hotel yang ada, tecatat ada sekitar 72 hotel dari kelas melati hingga bintang 5 di Kota Semarang. Sementara hotel bintang 3 hingga bintang 5 kurang lebih ada 26 hotel dan terus akan mengalami kenaikan.
Pengusaha hotel di Jawa Tengah meminta kepada pemerintah daerah untuk membatasi maraknya perizinan hotel di kota-kota besar seperti Semarang yang bakal menggerus pendapatan dan penurunan okupansi.
Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jateng Heru Isnawan mengatakan investasi properti terutama bisnis perhotelan masih bergeliat setiap tahun. Namun imbasnya, katanya, persaingan tarif hotel makin ketat.
Dia mengambil contoh Pemkot Semarang yang mempermudah perizinan pendirian hotel sehingga persaingan harga makin ketat. “Kami senang bisnis hotel tumbuh tiap tahun. Tapi perlu ada pembatasan soal perizinan,” kata Heru.
Menurutnya, izin pendirian hotel perlu diperketat karena pertumbuhan hotel di Semarang tidak sebanding dengan pertumbuhan tamu hotel. Heru meminta kepada Pemkot Semarang tidak hanya mementingkan perihal keuntungan dari pajak hotel dan bangunan.
Hal yang perlu diwaspadai, kata dia, keberlanjutan bisnis hotel yang kini menghadapi beragam tantangan mulai dari kenaikan tarif listrik hingga persaingan harga yang berpengaruh terhadap kunjungan tamu.