Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

DESA WISATA: Purbalingga Bidik 1 Juta Wisatawan

Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga Jawa Tengah tahun ini membidik kunjungan wisatawan ke desa wisata sebanyak 1 juta wisatawan seiring kebijakan Pemkab Purbalingga yang memacu desa pengembangan wisata.
Patung Panglima Besar Jenderal Sudirman, salah satu ikon Kabupaten Purbalingga./purbalinggakab.go.id
Patung Panglima Besar Jenderal Sudirman, salah satu ikon Kabupaten Purbalingga./purbalinggakab.go.id

Bisnis.com, SEMARANG - Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga Jawa Tengah tahun ini membidik kunjungan wisatawan ke desa wisata sebanyak 1 juta wisatawan seiring kebijakan Pemkab Purbalingga yang memacu desa pengembangan wisata.

Kepala Dinbudparpora Purbalingga Subeno mengatakan tahun lalu jumlah wisatawan yang berkunjung ke desa wisata mencapai 276.000 orang. Adapun, 2016 ditargetkan sebanyak 1 juta wisatawan bisa berkunjung ke desa wisata.

Subeno menerangkan, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Purbalingga pada tahun lalu sebanyak 1.579.098 orang. Jumlah itu belum termasuk wisatawan ke desa wisata.

“Melihat tren kunjungan ke desa wisata sejak awal Januari 2016 hingga pekan terakhir, kami optimis wisatawan ke desa wisata bisa menembus angka 1 juta orang. Jika digabung dengan wisatawan secara keseluruhan, tahun ini total wisatawan ke Purbalingga bisa mencapai 2,5 juta orang,” kata Subeno, Kamis (24/3/2016).

Dari target kunjungan ke desa wisata 1 juta orang, lanjut Subeno, akan disuplai dari 13 desa wisata yang sudah layak jual. Jika setiap desa wisata dalam satu tahun bisa dikunjungi 100.000 orang, target itu akan bisa tercapai.

Saat ini, pengunjung ke Desa wisata Serang sudah lebih 100.000, belum lagi ke Panusupan Kecamatan Rembang, setiap bulan bisa mencapai 11.000 orang.

Untuk mencapai target tersebut, Pemkab melalui Dinbudparpora, Bappeda dan pegiat wisata terus bersinergi memacu pengembangan desa wisata. Menurut Subeno, Pemkab

Purbalingga telah menerjunkan lima orang tenaga fasilitator desa wisata yang terseleksi, sementara Bappeda mendukung penganggaran Bantuan Keuangan Khusus (BKK) serta dukungan pembangunan infrastruktur ke desa-desa wisata.

Di sisi lain, pihaknya mengapresiasi pelatihan pemandu wisata sebagai bagian untuk memperkuat desa wisata dalam melayani wisatawan. Seorang pemandu, kata Subeno, harus memiliki pengetahuan yang luas tentang pariwisata.

Pengetahuan kepariwisataan itu didukung dengan skill dan attitude yang mumpuni. Ketrampilan lain yang perlu didukung yakni penguasaan teknologi informasi.

“Saat ini informasi melalui internet sudah menyentuh seluruh pelosok dunia. Tidak harus orang kota besar yang menguasai pasar wisata, dari desa pun bisa menguasai dunia,” kata Subeno.

Dalam hal skill, kata Subeno, seorang pemandu harus memiliki soft skill dan hard skill. Kemampuan soft skill ditunjukkan seorang pemandu dalam mengatasi permasalahan.

Kemampuan ini didasari juga dari pengalaman lapangan dalam melakukan pemanduan. Sementara dalam hal hard skill, seorang pemandu harus memiliki attitude, dan konsep diri yang baik.

Ketua DPC Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Purbalingga Aris Widianto menegaskan, public speaking sangat penting bagi seorang pemandu. Hal ini karena berkaitan dengan salah satu syarat untuk menjadi pemandu wisata yang profesional.

Pemandu dituntut untuk lebih bisa berkomunikasi dengan wisatawan, bersikap ramah dan sopan, serta memiliki rasa tanggung jawab terhadap kenyamanan wisatawan.

“Cara berkomunikasi yang baik ini akan memberikan kesan positif dari wisatawan yang dipandu. Jika mereka merasa puas, maka akan memberitahukan kepada rekan-rekannya, dan tentu hal ini menjadi salah satu media promosi daya tarik wisata tertentu,” kata Aris.

Pandu Satya Graha, Biro Diklat DPD Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Jateng, mengatakan terdapat 56 jenis usaha pariwisata termasuk kepemanduan wisata yang harus mendapat sertifikasi dari Kementerian Pariwisata.

Pemerintah saat ini membuka peluang untuk sertifikasi gratis yang dibiayai dari dana APBN, namun ada juga pelatihan dan sertifikasi mandiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Khamdi

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper