Bisnis.com, JAKARTA — Sebagai produsen rumput laut terbesar di dunia, Indonesia hanya berperan sebagai pemasok rumput laut kering atau mentah bukan produk olahan bernilai tambah ke pasar global.
Saleh Husin, Menteri Perindustrian, mengatakan dari total produksi rumput laut kering dunia sekitar 424.000 ton, Indonesia memasok 56% atau sekitar 237.800 ton per tahun. Sayangnya mayoritas pasokan ke pasar global belum diolah.
“Ini peluang untuk penghiliran di dalam negeri. Apalagi lebih dari 500 jenis produk turunan menggunakan rumput laut. Sementara saat ini sebanyak 152.900 ton atau 64,3% rumput laut produksi dalam negeri diekspor kering,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (18/3/2016).
Adapun volume rumput laut yang diolah oleh industri domestik hanya sekitar 84.900 atau 35,7% dari total konsumsi dalam negeri. Padahal, total kebutuhan rumput laut sebagai bahan baku industri mencapai 128.600 ton per tahun, dengan demikain terjadi defisit pasokan sekitar 43.800 ton per tahun.
“Pengembangan industri ini [rumput laut] mendesak dilakukan, apalagi pelaku industri pengolahan rumput laut di dalam negeri justru kekurangan pasokan bahan baku,” ujarnya.
Panggah Susanto, Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, mengatakan jenis rumput laut komersial yang berada di Indonesia dapat menghasilkan Karagenan, Agar, dan penghasil Alginate.
“Agar di olah menjadi produk akhir pangan, farmasi, kosmetik dan tissue. Sedangkan Karagenan diproses lebih lanjut menjadi pangan, saus, pakan ternak serta farmasi. Adapun Alginat juga dapat diolah menjadi pangan, saus, tekstil, kosmetik dan farmasi,” tuturnya.