Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Krakatau Steel (KS) Optimistis Penjualan Tahun Ini Meroket

Produsen baja nasional optimistis penjualan pada tahun ini meningkat signifikan seiring dengan pembangunan infrastruktur serta kebijakan pemerintah mengutamakan produksi dalam negeri pada proyek yang didanai APBN.
Sukandar, Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk. /Bisnis.com
Sukandar, Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA—Produsen baja nasional optimistis penjualan pada tahun ini meningkat signifikan seiring dengan pembangunan infrastruktur serta kebijakan pemerintah mengutamakan produksi dalam negeri pada proyek yang didanai APBN.

Sukandar, Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk., mengatakan perusahaan optimistis penjualan tahun ini meningkat 41% menjadi 2,7 juta ton dari tahun lalu yang hanya 1,9 juta ton. Oleh karena itu, perusahaan akan terus memperbesar kapasitas untuk meningkatkan efisiensi.

“Kapasitas terpasang hari ini untuk produk hilir seperti HRC, CRC, wire rod dan lainnya 3,15 juta ton per tahun. Harga baja sejak minggu kedua Maret sudah membaik, dan hari ini harga besi beton di pasar naik Rp1.000 ekuivalen 16% kenaikan,” ujarnya, Kamis (17/3/2016).

Untuk meningkatkan daya saing dihadapan produk impor, lanjutnya, pada tahun ini pabrik blast furnace yang mampu mengurangi ongkos produksi slab hingga US$60 per ton dari efisiensi energi hingga 100 Megawatt per hari akan selesai.

Perkembangan pabrik blast furnace berbasis batubara ini telah mencapai 93%. Kelak perusahaan akan memindahkan aktivitas produksi dari pabrik lama ke pabrik terbaru yang lebih berdaya saing tersebut. Saat ini produksi slab baja KS sekitar 2 juta ton per tahun.

Selain itu, perusahaan juga sedang mempersiapkan pembangunan coal fired boiler berkapasitas 2x80 MW untuk disambungkan dengan pembangkit listrik di Cilegon. Program ini bertujuan untuk menekan harga listrik yang dihasilkan di bawah Rp900 per kWh.

Untuk meningkatkan daya saing dihadapan produk impor, lanjutnya, perusahaan juga telah menghentikan fasilitas produksi di sektor hulu yakni electric arc furnace akibat harga gas alam yang terlampau tinggi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper