Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RAPAT DEWAN GUBERNUR EROPA: Mengawal Nilai Tukar Euro

Pekan ini, bisa jadi akan menjadi salah satu waktu yang penting dan dinanti oleh pelaku pasar global dan Eropa. Semua mata akan tertuju pada pertemuan anggota dewan Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) yang dijadwalkan dilakukan pada 9-10 Maret.
Gubernur European Central Bank (ECB) Mario Draghi /bloomberg
Gubernur European Central Bank (ECB) Mario Draghi /bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Pekan ini, bisa jadi akan menjadi salah satu waktu yang penting dan dinanti oleh pelaku pasar global dan Eropa. Semua mata akan tertuju pada pertemuan anggota dewan Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) yang dijadwalkan dilakukan pada 9-10 Maret.

Sejak awal tahun ini, beragam sentimen coba dihembuskan oleh pejabat ECB, termasuk dari mulut sang Gubernur Mario Draghi. Mereka berujar bahwa ECB masih belum kehabisan ‘amunisi’ untuk merangsang ekonomi Benua Biru.

Para pejabat dalam beberapa pidatonya pun secara tak langsung menyiratkan, akan kembali menurunkan suku bunga acuan ke titik yang dalam apabila dibutuhkan. Padahal, kebijakan suku bunga negatif, sempat mendapat sorotan utama dalam pertemuan G20 beberapa waktu lalu.

Bank Sentral Eropa tercatat, telah menerbitkan kebijakan dan stimulus moneter terakhirnya pada Desember 2015. Kebijakan tersebut a.l. berupa suku bunga deposito -0,3 %, penetapan tingkat  refinancing  utama pada posisi 0,05 % dan memperpanjang program pembelian obligasi mereka setidaknya hingga Maret 2017.

Beragam pidato yang menyatakan indikasi adanya stimulus tambahan dan kebijakan moneter baru pada pertemuan Maret ini pun terus digemakan oleh Draghi. Namun, tampaknya pasar cenderung skeptis menang-gapinya, terlebih dalam pertemuan G20 pada Februari, pembahasan mengenai stimulus tambahan tak mendapatkan panggung utama.

Hal ini membuat seolah-olah ECB merupakan satu-satunya pihak yang  akan bertanggung jawab terhadap kinerja ekonomi Eropa dan terus melorotnya nilai tukar mata uang euro. Akan tetapi, sejumlah analis menyatakan, tak elok apabila menuduh ECB sebagai pihak yang harus menanggung beban tuduhan itu semua.

Frances Hudson, seorang ahli strategi tematik global Standard Life Investments mengatakan, Eropa sebenarnya harus mewaspadai risiko yang jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan manuver ECB.

Ancaman besar justru akan muncul mulai dari rencana Inggris yang ingin keluar dari Uni Eropa yang dikenal dengan British Exit  atau Brexit, dampak dari membanjirnya jumlah pengungsi, konflik geopolitik, dan kekacauan politik di Spanyol, Portugal serta Irlandia.

“Anda bisa dengan mudah, melihat akumulasi persoalan tersebut sebagai spiral negatif yang akan berkembang dan terus menekan Eropa,” katanya, Jumat (4/3/2016).

Selain Inggris dengan rencana Brexitnya, Spanyol juga diperkirakan akan muncul sebagai salah satu potensi krisis baru di Eropa. Angka pengangguran di negara ini menjadi yang tertinggi dibandingkan dengan beberapa negara lain di Eropa yakni 20,5%.

Kinerja euro memang sangat peka terhadap sentimen yang dihembuskan oleh ECB. Sepanjang Februari 2016, euro adalah mata uang utama berkinerja terburuk setelah pound sterling. Namun, ketika Draghi berpidato dan mengatakan akan melakukan apapun untuk mempertahankan euro pada pekan lalu, mata uang ini langsung meresponsnya dengan penguatan tajam ke level tertinggi sejak 2012.

Akan tetapi, sejumlah analis justru memprediksi, nilai tukar euro yang melonjak ini tak akan bertahan lama, meskipun pertemuan ECB besok menghasilkan keputusan yang mendekati ekspektasi pasar. Seperti dikatakan oleh Hudson, sentimen di luar ECB justru akan lebih kuat mendorong euro jatuh ke titik bawah kembali, beserta dengan kondisi ekonomi Eropa.

Pada Februari, penurunan nilai tukar euro mungkin menjadi sedikit insentif bagi negara anggota untuk meningkatkan ekspor. Namun, dalam data terbaru, aktivitas ekspor di sejumlah negara justru masih menurun. Salah satu kekuatan utama Eropa, yakni Jerman tercatat masih mengalami perlambatan aktivitas ekspor.

RAPAT DEWAN GUBERNUR EROPA: Mengawal Nilai Tukar Euro

BREXIT

Sementara itu, situasi Eropa saat ini diyakini akan semakin buruk apabila rakyat Inggris memutuskan untuk keluar dari Uni Eropa dalam proses referendum pada 23 Juni 2016.  Hengkangnya Inggris berpotensi melanjutkan pelemahan dan buruknya perdagangan Uni Eropa.

Dari sisi politik, dan keluarnya Inggris ini akan menjadi tantangan politik yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk Uni Eropa. Situasi politik yang berpeluang besar merembet ke sisi ekonomi ini, diperkirakan akan terakumulasi dengan permasalahan pengelolaan pengungsi.

Sejumlah negara, terutama Inggris, memang telah mendesak agar kebijakan paspor bebas Schengen dibatasi, atau dicabut untuk sementara waktu sebagai strategi membatasi pengungsi.

Namun pencabutan Schengen ini berpeluang membatasi akses perdagangan di Uni Eropa sendiri. Data dari UNHCR menyebutkan lebih dari 100.000 orang telah menyeberangi laut untuk masuk ke Yunani, Italia dan Spanyol sepanjang 2016 ini.

Jumlah tersebut akan menambah pengungsi yang telah masuk ke Eropa pada 2015 yang telah mencapai satu juta orang. Polemik  ini pun sempat ditegaskan oleh Kanselir Jerman Angela Merkel. “Kekuatan euro sebenarnya bergantung pada pergerakan bebas barang dan jasa serta  orang-orang [pengungsi],” tegasnya, Rabu (2/3).

Sementara itu, ahli strategi mata uang Morgan Stanley Hans Redeker mengatakan, sejumlah sentimen negatif yang dihembuskan beberapa kalangan, juga menjadi dalang dibalik pelemahan kekuatan euro dan skeptisme pasar terhadap ECB.

Redeker ikut memprediksi euro akan jatuh ke titik terendahnya terhadap dolar AS pada akhir tahun ini. Dia tidak sendirian, hampir seperlima dari analis dalam survei Bloomberg setuju dengan analisis Morgan Stanley terkait dengan posi-si euro tersebut. (Bloomberg/Reuters)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Selasa (8/3/2016)
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper