Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Tiga Faktor Pendorong Investasi Sektor Farmasi

Lonjakan komitmen investasi industri farmasi pada 2015 sebesar 118% diyakini berlanjut pada tahun ini selama pemerintah konsisten memperbaiki infrastruktur, pembangunan pembangkit 35.000 MW dan pemberian insentif fiskal.

Bisnis.com, JAKARTA—Lonjakan komitmen investasi industri farmasi pada 2015 sebesar 118% diyakini berlanjut pada tahun ini selama pemerintah konsisten memperbaiki infrastruktur, pembangunan pembangkit 35.000 MW dan pemberian insentif fiskal.

Iswanto, Direktur Utama PT Phapros Tbk., mengatakan lonjakan komitmen investasi pada tahun ini diharapkan berada pada sektor hulu yakni industri bahan baku, mengingat industri hilir farmasi memiliki ketergantungan impor yang tinggi.

“Dengan dibukanya industri farmasi dari daftar negatif investasi, kami harap asing lebih leluasa berinvestasi. Hal ini juga sudah terlihat pada tahun lalu di mana perusahaan dalam negeri bermitra dengan asing mendirikan perusahaan bahan baku,” tuturnya kepada Bisnis, Senin (7/3/2016).

Karena pendirian industri bahan baku obat tidak dapat hanya berorientasi pasar Indonesia, investor asing berpeluang menggarap pasar Asean melalui Indonesia. Apalagi saat ini kebutuhan obat Indonesia menjadi yang terbesar di tingkat regional.

Sebagai contoh, dengan adanya program Jaminan Kesehatan Nasional kebutuhan amoxicillin generik mencapai 6 juta box, setara dengan 350-400 metric ton per tahun. Jika ditambah amoxicillin non generik dapat mencapai 600 metric ton dan menempatkan Indonesia konsumen terbesar di Asean.

Konsumsi Indonesia yang sangat besar, lanjutnya, diyakini menjadi daya tarik utama investor bahan baku obat asal India dan China. Selain itu, belum berkembangknya industri farmasi di regional Asean semakin memperkuat daya tawar Indonesia di mata investor.

“Hanya dari konsumsi 600 metric ton amoxicillin nilainya mencapai US$1,2 juta per tahun, ini menjadi peluang besar bagi industri hulu asal China dan India mendirikan pabrik di Indonesia untuk menggarap Asean dan memangkas ongkos transportasi,” tuturnya.

Adapun untuk sektor hilir, lanjutnya, kapasitas terpasang industri dalam negeri dinilai sudah mampu memenuhi seluruh permintaan, apalagi tingkat utilisasi saat ini masih 75%-80%. Selain itu, industri juga terus memperbesar kapasitas produksi.

Sejumlah perusahaan dalam negeri, lanjutnya, mulai mengembangkan industri hulu bekerja sama dengan asing. Perusahaan misalnya, melalui sister company  tengah membangun pabrik gula untuk farmasi.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Franky Sibarani mengatakan pertumbuhan komitmen investasi sektor farmasi tahun mencapai 118% dengan nilai Rp6,5 triliun dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya Rp3 triliun.

Komitmen investasi ini didapat dari penanaman modal asing (PMA) senilai US$105,8 juta setara Rp 1,4 triliun dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) senilai Rp5,1 triliun. Pembukaan sektor farmasi dalam daftar negatif investasi juga bertujuan menarik investor bahan baku obat.

“Dengan dibuka 100% untuk asing, investor hulu dan hilir farmasi diharapkan mempertimbangkan Indonesia secara serius sebagai lokasi investasi yang baru,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper